Kebangkitan Harvey York Bab 3511 – 3512

Novel Rise to Power The Supreme Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bahasa Indonesia Lengkap.webp

Novel Kebangkitan Harvey York Bab 3511 – 3512 dalam bahasa Indonesia. Menyadur novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Agung Ye Hao“.

Harvey York’s Rise to Power Chapter / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 3511 – 3512.


Bab 3511

Suasana di dalam aula sontak menjadi riuh. Para siswa yang hadir tampak tercengang.

Mereka semua telah mencurahkan tenaga dan waktu dalam latihan bela diri, dan karenanya, sangat menghormati sosok Layne dan para instruktur lainnya.

Namun, setelah Harvey dengan santai membongkar kekeliruan dua siswa tadi, tatapan semua orang mulai berubah.

Ada keraguan yang perlahan tumbuh dalam benak mereka, mengikis keyakinan terhadap Layne dan para pelatih senior lainnya.

Mereka tak pernah menyangka bahwa dua siswa itu ternyata sedang berakting.

Bagaimana mungkin? Bukankah semua orang yang hadir di tempat ini berasal dari keluarga terpandang? Hubungan mereka terjalin rapat, dan latar belakang masing-masing bukanlah sesuatu yang bisa dianggap enteng.

Tak masuk akal rasanya jika seseorang berpura-pura hanya demi sedikit keuntungan.

“Terus terang saja, aku tak mengerti siapa yang cukup bodoh membiarkan pemula dalam bela diri langsung berlatih teknik dasar di area seperti ini!”

Nada suara Harvey mulai berat dan menukik tajam.

“Tempat ini terlalu lembap. Kadar uap airnya tinggi. Jika seseorang terlalu lama melatih pernapasan dan fisiknya di sini, itu hanya akan memperparah kadar lembap dalam tubuh.”

“Sekarang memang tak terlihat, tapi beberapa tahun ke depan? Bisa jadi mereka akan menderita artritis reumatoid!”

“Jika itu terjadi, bagaimana mereka bisa berlatih bela diri? Bagaimana bisa mereka berdiri menghadapi lawan?”

“Pulanglah! Minum ramuan herbal Cina yang layak!”

Kata-kata Harvey menggema kuat, dan beberapa instruktur pun mulai saling melirik—terutama kepada Layne.

Pasalnya, Layne sendiri yang sebelumnya mengusulkan agar pelatihan diadakan di luar ruangan, karena menurutnya aula terlalu sempit.

Namun kini, jika ucapan Harvey terbukti benar…

“Tuan York, cukup memfitnah!” seru Layne, suaranya dingin membeku. Wajah cantiknya pun berubah keras.

“Apa yang kamu tahu, hah?”

“Tak satu pun murid dari Istana Emas kami yang tidak berlatih di luar ruangan!”

“Kamu pikir bisa menghancurkan reputasi yang kami bangun selama bertahun-tahun hanya dengan mencari-cari alasan murahan?”

“Omong kosong macam apa itu!”

“Selama ini kami telah mengukir prestasi dan menaklukkan dunia bela diri!”

“Dan kamu, siapa kamu hingga berani mengusik kehormatan kami?!”

“Dasar bajingan kecil! Segera minta maaf!”

Salah satu pelatih berbadan kekar melangkah maju. Tanpa basa-basi, dia menghantam lantai dengan kakinya, memecahkan satu bagian papan kayu.

“Kalau kamu tidak minta maaf sekarang juga, kami semua akan mengundurkan diri!”

“Dan kamu akan menanggung akibatnya atas apa yang sudah kamu perbuat!”

Instruktur wanita berwajah memesona ikut berdiri, disusul oleh para pelatih lainnya yang satu per satu menunjukkan ketegasan mereka.

“Minta maaf sekarang juga, atau kami akan pergi tanpa menoleh ke belakang!”

Harvey memandangi mereka satu per satu dengan ekspresi datar, penuh ketidaktertarikan.

“Dengan kualitas seperti kalian,” ucapnya ringan, “kalian pikir cara ini akan berhasil padaku?”

“Lupakan! Jangan harap aku bersedia menjaga atau membimbing kalian. Bahkan jika kalian berlutut dan memohon sekalipun, aku tidak akan peduli.”

“Sekarang enyahlah dari tempat ini!”

Layne tertawa kecil, sinis dan menghina.

“Tuan York sungguh luar biasa,” katanya dingin. “Baiklah, mari kita lihat seberapa lama tempat ini bisa bertahan tanpa sepuluh pelatih hebat seperti kami!”

“Saya ingin melihat kapan Martial Hall ini ambruk!”

“Saya hanya berharap Anda punya nyali untuk tidak datang mengemis kepada kami nantinya!”

Setelah itu, Layne menatap semua murid yang masih berdiri di tempat dengan sorot dingin.

“Mulai hari ini, hubungan kami dengan Martial Hall berakhir. Kami menarik garis tegas! Tak ada lagi kerja sama, tak ada lagi kompromi!”

“Siapa pun yang masih memilih untuk berlatih di sini, maka dia telah kehilangan kesempatan untuk menjadi murid kami!”

“Namun jika kalian ikut bersama kami, saya berjanji akan mengajarkan seni bela diri dengan sepenuh hati!”

“Jadilah pendekar sejati!”

“Ayo pergi!”

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Layne masuk ke ruang ganti, menanggalkan jubah bela dirinya, lalu melemparkannya ke lantai tanpa rasa hormat. Dengan langkah ringan namun penuh tekad, ia meninggalkan Martial Hall.

Para instruktur lainnya pun mengikuti jejaknya. Langkah mereka tegas, seolah telah lama menyiapkan keputusan ini.

Tak lama, bahkan tukang kebersihan yang biasanya menyapu lantai pun ikut kabur…

Bab 3512

Mereka meninggalkan tempat itu dengan angkuh, penuh kesombongan dan rasa puas diri.

Jelas bahwa Layne dan yang lainnya benar-benar percaya Harvey akan menyesali semuanya.

Dalam benak mereka, hanya butuh waktu tiga hari—bahkan mungkin kurang—hingga Harvey bertekuk lutut memohon mereka kembali.

Para siswa saling berpandangan, ragu, sebelum akhirnya mengikuti jejak para instruktur. Mereka pun pergi satu per satu.

Kendati ucapan Harvey terdengar logis, tetap saja mereka menganggap Layne dan yang lainnya jauh lebih meyakinkan.

Bahkan dua siswa yang sebelumnya dikritik Harvey pun turut menghilang dari pandangan.

Bagi sebagian besar dari mereka, bukan Layne yang tak mampu membimbing, melainkan upah yang ditawarkan terlalu kecil.

Mereka percaya, jika mampu membujuk Layne dan yang lainnya untuk kembali, maka mereka pasti bisa mempelajari ilmu bela diri sejati!

Dan begitu para instruktur serta murid meninggalkan tempat itu, Martial Hall pun berubah drastis.

Area luas yang semula penuh gairah kini sepi senyap. Hanya Harvey dan Dillon yang masih berada di sana.

Angin bertiup pelan, membawa suara samar jubah Tao yang tergeletak di lantai. Suasana menjadi kaku dan sunyi.

“Tuan York… ini…” Dillon memandangi aula kosong itu. Ia tidak tahu harus berkata apa.

Awalnya, ia yakin Harvey punya kemampuan besar. Tapi siapa sangka? Begitu Harvey mengambil alih, aula yang dulunya ramai justru menjadi sunyi dan kosong.

Kekhawatiran tentang masa depan pun mulai menyergap benaknya.

Namun Harvey hanya diam. Ia menarik kursi dan duduk santai, menikmati ketenangan yang jarang ia temui di Wucheng.

Tempat ini mungkin tidak semewah markas Geng Kapak. Tapi tetap saja, ini adalah properti pribadinya di kota ini.

“Tuan York, semua orang benar-benar pergi…” Dillon berkata lirih, seolah hendak menangis tapi tak ada air mata yang bisa keluar.

“Lalu, bagaimana kita menjalankan bisnis ini?”

“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Justru ini kesempatan untuk beristirahat.”

Dengan tenang, Harvey mengambil satu set peralatan teh, lalu menyeduh secangkir Pu’er hangat.

“Karena tempat ini sudah sepi, bersihkanlah semuanya,” ucapnya sembari menyeruput teh.

Dillon memandang kosong. “Tapi… Tuan York, kalau terus begini, bukankah kita akan bangkrut?”

“Martial Hall ini nilainya ratusan juta! Masa kita biarkan sia-sia?”

Harvey hanya tersenyum tipis. “Kalau bangkrut, ya biarlah bangkrut. Apa aku terlihat seperti orang yang peduli soal uang receh?”

“Semakin sunyi tempat ini, semakin aku suka. Bahkan mungkin nanti aku ubah saja jadi vila pribadi.”

“Kalau kamu mau bantu kerja sambilan di sini, aku tak akan memperlakukanmu semena-mena.”

“Sekarang bersihkan lantainya. Jangan lupa halaman belakang juga. Kalau kamu tak bisa melakukannya sendiri, cari tukang!”

Dillon hanya bisa menghela napas dan berbalik hendak pergi, namun langkahnya mendadak terhenti.

Matanya terbelalak. Ia melihat seorang wanita berdiri di pintu. Tangannya bersilang di belakang punggung, wajahnya bening dan bersinar seperti giok.

Ia melangkah ringan, tampak riang seperti anak kecil yang melompat-lompat.

Harvey ikut menoleh, lalu tampak sedikit terkejut. “Nona Wright?”

Sienna mengangkat wajah dan balik menatapnya, sorot matanya juga penuh tanya. “Harvey? Kenapa kamu ada di sini?”

“Saya pemilik baru tempat ini,” jawab Harvey singkat. “Baru saja saya ambil alih Martial Hall hari ini. Belum ada satu murid pun. Nona Wright, apakah Anda datang untuk mengurus sesuatu?”

Sienna buru-buru menggeleng. “Oh tidak, bukan itu.”

Ia sebenarnya datang hendak mengunjungi sahabatnya, Layne.

Tapi ia datang terlambat. Yang ditemuinya hanyalah aula kosong yang sepi tak berpenghuni.

Harvey menatapnya, tak tahu apa yang sedang ia pikirkan, tapi kemudian tersenyum.

“Nona Wright, mumpung kita bertemu, anggap saja Anda tamu. Bagaimana kalau duduk dulu dan minum teh sebelum pergi?”

Sienna terdiam sejenak, tampak ragu.

“Aku harus pergi ke tempat Paman Torres…”


Semoga terhibur dengan cerita Novel Harvey York dan Mandy Zimmer (Ye Hao dan Zheng Man’er) Bab 3511 – 3512 gratis online.

Harvey York’s Rise to Power / The Supreme Harvey York / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Chapter bab 3511 – 3512.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*