Kebangkitan Harvey York Bab 3391 – 3392

Novel Rise to Power The Supreme Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bahasa Indonesia Lengkap.webp

Novel Kebangkitan Harvey York Bab 3391 – 3392 dalam bahasa Indonesia. Menyadur novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Agung Ye Hao“.

Harvey York’s Rise to Power Chapter / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 3391 – 3392.


Bab 3391

Keesokan harinya, Joseph mulai merancang strategi untuk memperbesar kobaran api yang telah ia nyalakan, menyusun siasat demi siasat untuk menambahkan bahan bakar ke dalamnya.

Sementara itu, pagi-pagi sekali Harvey sudah tiba di Rumah Sakit Rakyat Wucheng, membawa sarapan hangat di tangan.

Ia melangkah melewati lobi utama rumah sakit, memasuki lift tanpa ragu, dan kemudian menuju lantai atas, tempat ruang rawat inap berada.

Rutenya tampak begitu akrab, seolah ia sudah menghafal setiap sudut koridor. Namun, saat sampai di lantai tempat Mandy dirawat, langkah Harvey mendadak terhenti, alisnya sedikit berkerut.

Ada aroma samar yang menggantung di udara—bukan wewangian biasa, melainkan aroma khas gaharu yang menyebar ke segala penjuru.

Wangi ini begitu menusuk indera, seolah menjadi peringatan halus bagi siapa pun yang melintasinya.

Harvey berpikir sejenak, kemudian mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan. Setelah itu, ia melanjutkan langkahnya menuju bangsal tempat Mandy dirawat.

Pintu bangsal terbuka perlahan, memperlihatkan beberapa murid dari Balai Penegakan Hukum Gerbang Naga yang sedang berjaga.

Mereka bertugas memastikan keselamatan Mandy, dan tentu saja, mereka semua mengenali Harvey. Tanpa banyak bicara, mereka membungkuk hormat dan mempersilakannya masuk.

Dengan tenang, Harvey menyerahkan selembar cek kepada Lilian yang sedang berdiri, kemudian melangkah mendekati ranjang Mandy.

Mandy tampak jauh lebih baik. Selain beberapa memar yang masih menghiasi wajahnya, tubuhnya tampak pulih dengan baik.

Jika dia diberi waktu istirahat beberapa hari lagi, kemungkinan besar dia bisa segera kembali ke Hearthstone Corporation dan mengambil kembali kendali situasi.

“Aku sudah di rumah sakit beberapa hari ini. Apa kamu tidak merasa bosan?” ucap Harvey sambil menyodorkan sebungkus mie wonton ke arah Mandy, senyum ramah menghiasi wajahnya.

Mandy yang sedang memandangi langit dari jendela, menoleh pelan. Tatapannya jatuh pada Harvey, lalu dia menjawab dengan nada lembut,

“Sebenarnya tak apa. Aku hanya merasa tubuhku akan berlumut karena hanya berbaring setiap hari.”

“Untungnya, Xynthia cepat belajar soal urusan perusahaan. Jadi aku tak terlalu cemas. Aku tinggal memberi arahan lewat telepon jika perlu.”

Mandy memiringkan wajahnya, memperlihatkan lekuk leher yang anggun. Ada kerut tipis di keningnya saat ia berkata dengan cemas,

“Tapi Xynthia masih belum berpengalaman. Aku khawatir dia secara tidak sengaja akan menyinggung seseorang di perusahaan.”

Harvey terkekeh kecil. “Xynthia itu berjiwa bebas. Medan utamanya sebenarnya tetap di dunia hiburan. Cepat atau lambat, kamu juga yang akan kembali mengendalikan perusahaan.”

“Lagipula, kalaupun dia membuat masalah, bukankah kamu juga yang akan membereskan kekacauan itu nantinya?”

Pipi Mandy memerah. Dia merasa Harvey semakin hari semakin tidak tahu malu, terutama sejak mereka bercerai.

Dengan sengaja, ia memutar bola matanya dan menatap Harvey dengan jijik, lalu menyembur, “Pagi-pagi sudah bicara seperti ini, benar-benar bikin mual!”

“Jadi malas makan!”

Namun Harvey tak ambil pusing. Dengan santai ia berkata, “Mana mungkin kamu tak mau makan? Ayo, biar aku suapi.”

Tanpa menunggu persetujuan, ia membuka bungkusan mie wonton dan mengambil sebiji dengan sumpitnya.

Melihat gerak-gerik Harvey, Mandy akhirnya tertawa kecil dan menerima suapan itu dengan manis.

Dalam kehangatan pagi itu, keduanya menikmati momen langka, tertawa dan bercakap hangat sambil menyantap semangkuk mie wonton bersama.

Tok, tok, tok—

Tiba-tiba, suara ketukan pintu memecah keheningan. Seorang murid dari Balai Penegakan Hukum segera maju membuka pintu. Seorang dokter perempuan bertubuh tinggi memasuki ruangan.

Harvey memandangnya sejenak, samar-samar menangkap kembali aroma gaharu yang tadi tercium.

Dokter itu tampak tak memperhatikan Harvey. Dengan nada pelan namun tegas, ia berkata,

“Apakah keluarga pasien sudah datang? Silakan segera ke meja depan untuk melunasi biaya perawatan beberapa hari terakhir. Jika tidak dibayar hari ini, pengobatan akan dihentikan.”

Harvey segera bangkit dan menjawab, “Baik, saya akan ke sana sekarang.”

Setelah mengucapkan itu, ia berjalan keluar ruangan, membiarkan pintu terbuka di belakangnya.

Begitu Harvey menghilang dari pandangan, tatapan dokter wanita itu berubah dingin, seperti ada badai yang tengah menunggu untuk dilepaskan.

Bab 3392

“Hhmmpphh—”

Tanpa aba-aba, dokter perempuan itu tiba-tiba mengangkat tangan kanannya.

Sebuah jarum perak kecil melesat dari sela jemarinya, meluncur cepat dan tepat mengenai beberapa murid Balai Penegakan Hukum yang terkejut.

Tubuh mereka langsung limbung, jatuh tak sadarkan diri ke lantai tanpa sempat mengeluarkan suara. Semua terjadi dalam sekejap.

Setelah memastikan semua lawannya tumbang, dokter itu berbalik menghadap Mandy. Tatapannya dingin dan tak berperasaan.

Senyum Mandy yang semula lembut lenyap seketika, tergantikan oleh ekspresi waspada. Suaranya terdengar datar saat ia bertanya, “Siapa kamu?”

“Aku tidak mengenalmu, dan seingatku tak ada dendam di antara kita.”

“Kalau kamu datang demi tambang emas, membunuhku pun tak akan ada gunanya.”

Dengan perlahan, dokter perempuan itu melepas masker di wajahnya, menampakkan paras yang memesona. Senyum tipis menghiasi bibirnya.

“Tenang saja, Nona Zimmer. Saya tidak datang untuk menghabisimu,” ujarnya datar. “Karena membunuhmu sama sekali tak berguna bagi kami. Sebaliknya, itu hanya akan menimbulkan masalah yang tak perlu.”

“Tapi saya butuh kamu… untuk ikut bersama saya sebentar.”

“Anggap saja kamu alat tawar-menawar.”

Tatapannya membeku. Suaranya terdengar seperti pisau yang diasah dingin.

“Tentu saja, jangan salahkan saya jika harus bertindak kasar.”

“Kalau mau menyalahkan seseorang, salahkan saja mantan suamimu.”

“Siapa suruh dia membunuh saudara tiriku?”

Mandy terpana. Ia bertanya dengan suara nyaris tak terdengar, “Harvey membunuh saudaramu?”

“Kamu dari India? Adiknya Fredo?”

Mandy jelas bukan perempuan biasa. Bahkan dalam situasi seperti ini, dia masih mampu menganalisis keadaan.

Dia sadar wanita ini tahu banyak, bahkan tentang kematian Fredo.

“Kamu memang cerdas, Nona Zimmer,” ucap wanita itu sambil bertepuk tangan kecil, senyumnya tak berubah.

“Namaku Wrenna Garcha.”

“Fredo memang hanya saudara tiriku. Hubungan kami biasa saja.”

“Tapi bagaimana pun juga, dia adalah darah daging satu-satunya dari keluarga kami.”

“Sekarang dia sudah mati. Aku harus membalas dendam, bukan?”

Wajah Mandy mengeras. Rasa muaknya tak disembunyikan.

“Kalau kamu sungguh ingin membalas dendam, kenapa tak langsung serang Harvey? Kenapa justru membawa aku?”

“Kalian orang India memang pandai menindas yang lemah dan takut pada yang kuat.”

“Berniat mengancam Harvey pakai perempuan? Itu konyol.”

“Aku mantan istrinya, bukan istrinya.”

“Itu tak masuk akal.”

Wrenna hanya tersenyum kecil, senyumnya manis namun penuh ejekan.

“Masuk akal atau tidak, bukan urusanmu untuk menilai. Lagipula, apa pendapatmu tidak ada artinya bagiku.”

“Kita semua tahu Harvey sangat kuat. Dia dikelilingi para ahli.”

“Dia jauh lebih sulit dihadapi dari yang kami kira.”

“Itulah sebabnya, untuk menghindari risiko, menggunakan kamu sebagai alat tawar-menawar adalah pilihan paling masuk akal.”

“Lagi pula, kami orang India selalu piawai menang dari jarak jauh.”

Wrenna melangkah maju, ekspresinya tetap datar dan penuh ancaman.

“Tenang saja, aku takkan membunuhmu.”

“Tapi mungkin… aku akan mematahkan tangan dan kakimu. Lalu menggunakannya sebagai ancaman.”

“Omong-omong,” ia menambahkan dengan nada ringan namun mengerikan,

“kalau saja Tuan Muda Bauer Ketigabelas tak mengirim orang untuk memperingatkan kami agar menjauh darimu, kami tak akan tahu bahwa kamu begitu penting bagi Harvey.”

“Awalnya, demi menjaga hubungan baik dengan Tuan Bauer, kami bahkan bersedia mundur.”

“Tapi nyawa orang India terlalu berharga.”

“Kenapa harus dikorbankan jika nyawa seorang Daxia bisa kami jadikan alat untuk menekan musuh?”


Semoga terhibur dengan cerita Novel Harvey York dan Mandy Zimmer (Ye Hao dan Zheng Man’er) Bab 3391 – 3392 gratis online.

Harvey York’s Rise to Power / The Supreme Harvey York / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Chapter bab 3391 – 3392.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*