Kebangkitan Harvey York Bab 3381 – 3382

Novel Rise to Power The Supreme Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bahasa Indonesia Lengkap.webp

Novel Kebangkitan Harvey York Bab 3381 – 3382 dalam bahasa Indonesia. Menyadur novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Agung Ye Hao“.

Harvey York’s Rise to Power Chapter / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 3381 – 3382.


Bab 3381

Mendengar ucapan itu, Elliot mengangguk pelan. “Tenang saja, Ayah. Segala sesuatunya sudah saya persiapkan dengan matang.”

Namun, Gavriel tiba-tiba mengajukan pertanyaan lain, suaranya rendah namun tajam, “Omong-omong, apakah kita bisa sepenuhnya percaya kepada para pembunuh yang kita kirim?”

“Ayah tak perlu cemas,” Elliot menjawab dengan penuh keyakinan.

“Saya telah menyiapkan jalur pelarian untuknya. Setelah transaksi selesai, dia bisa meninggalkan Daxia dengan membawa satu juta dolar dan menjalani hidup sebagai orang kaya di luar negeri.”

“Dengan keuntungan sebesar itu, mustahil dia akan berani mengkhianati kita.”

Nada suara Elliot tenang, penuh rasa percaya diri.

Gavriel mengangguk ringan dan berbalik hendak pergi.

Namun, sesaat sebelum langkahnya benar-benar menjauh, dia tiba-tiba menyipitkan mata, menoleh, lalu berkata lirih namun tajam, “Jangan lupa, selama ini akulah yang mendidikmu.”

“Dalam banyak hal, hanya orang mati yang bisa memberi kita rasa percaya yang seratus persen, bukan?”

Elliot sempat terdiam, namun detik berikutnya ia menyunggingkan senyum kecil. “Ayah tak perlu khawatir. Semua sudah saya atur.”

“Tak lama lagi, si orang kaya dari luar negeri itu akan meninggal… secara tiba-tiba.”

Sementara itu, di tempat lain, ketika ayah dan anak dari Keluarga Johnings sedang menyusun siasat gelap, Harvey tengah menunggu kedatangan Kayden.

Setelah menyerahkan pria yang ia tangkap untuk dimintai pengakuan, Harvey segera menghubungi Ansel melalui sambungan telepon.

Kepada Ansel, ia tak menyembunyikan apa pun. Semuanya ia ceritakan tanpa disamarkan sedikit pun. Selain itu, ia juga meminta bantuan agar kantor kepolisian tidak mengganggunya selama beberapa hari ke depan.

Di satu sisi, ia butuh waktu untuk mendapatkan pengakuan dari pelaku. Di sisi lain, ia juga harus mengikuti kompetisi tingkat kota dalam ajang Konferensi Gerbang Naga yang akan berlangsung besok.

Mendengar kabar dari Harvey, Ansel langsung menghela napas lega.

Lagipula, kini semua bukti dan saksi sudah tersedia. Kalau saja Harvey tak meneleponnya lebih dulu, dengan gaya Harvey yang penuh risiko, Ansel bisa saja malah menangkapnya lebih dulu.

Keesokan paginya, Harvey menangguhkan segala urusan pribadinya untuk sementara waktu. Dengan wajah tenang dan ekspresi santai, ia naik taksi menuju Gimnasium Wucheng.

Tepat di depan pintu masuk gedung, dia bertemu dengan Fisher Benett.

“Saudara York, kenapa kamu datang agak terlambat?” sambut Fisher ramah, senyum menghiasi wajahnya.

“Hari ini kamu harus menunjukkan kemampuan terbaikmu. Aku akan mengamatimu dengan serius!” lanjutnya antusias.

Sudah jelas, Fisher sangat mengagumi Harvey. Terutama karena dasar teori Harvey yang luar biasa kuat.

Harvey membalas dengan senyuman. “Presiden Benett terlalu memuji.”

“Kalau saya sudah datang sejauh ini, tentu saya akan berusaha sebaik mungkin.”

“Apa maksudmu berusaha sebaik mungkin?” Fisher menghela napas panjang.

“Ini adalah Konferensi Gerbang Naga—ajang yang sangat penting! Kita adalah markas pusat Gerbang Naga di Wucheng. Jika kamu tak berhasil masuk tiga besar, reputasi kita akan tercoreng!”

“Singkatnya, martabat Wucheng tahun ini ada di tanganmu, Tuan York!”

“Kamu harus membukakan jalan berdarah untukku!”

Mendengar itu, Harvey hanya menanggapinya dengan kalimat singkat dan sikap tenang. Ia mengatakan bahwa dirinya akan melakukan yang terbaik, lalu melangkah masuk ke dalam lobi gimnasium.

Tak jauh dari sana, Korie dan beberapa temannya juga baru tiba.

Begitu melihat Harvey bercengkerama dengan Fisher sambil tertawa ringan, ekspresi wajah Korie langsung berubah suram.

Bagaimana tidak? Di matanya, Fisher selama ini adalah sosok yang serius dan pendiam. Ia jarang sekali bersikap begitu ramah, apalagi pada generasi muda seperti Harvey.

Ketika para gadis itu masih diliputi rasa tak nyaman, kompetisi tingkat kota Konferensi Gerbang Naga pun resmi dimulai.

Dibanding babak penyisihan, tahap ini jauh lebih sederhana.

Penyelenggara mengundang seratus peserta untuk tampil bersamaan, masing-masing menempati ring tersendiri.

Para peserta diberi kebebasan untuk memilih lawan dari para pengikut Gerbang Naga yang memang sudah disiapkan sejak awal.

Selama seseorang berhasil mengalahkan tiga murid Gerbang Naga, ia dianggap lolos seleksi.

Tentu saja, para juri akan menilai kualitas pertarungan itu sendiri.

Jika terdapat lebih dari sepuluh orang yang sukses menumbangkan tiga murid Gerbang Naga, maka peringkat sepuluh besar akan ditentukan berdasarkan skor keseluruhan untuk maju ke kompetisi tingkat provinsi.

Bab 3382

Di dalam Gimnasium Wucheng, seluruh bangku penonton telah dikosongkan sepenuhnya. Sebagai gantinya, berdiri puluhan arena kecil seluas sekitar empat puluh meter persegi yang dijaga ketat.

Di sekeliling arena, tersusun berbagai senjata tumpul, mulai dari tombak kayu, belati pelatihan, hingga pedang simulasi.

Para peserta yang sudah memegang tiket masuk mereka mulai berdatangan dan menempati ring masing-masing.

Harvey berjalan menuju ring nomor 39 dengan wajah datar. Ia melangkah mantap ke depan, menatap singkat kamera di atas, lalu mengalihkan pandangan ke Korie yang berada di ring nomor 40. Setelah itu, ia menekan tombol ‘Siap’.

“Harvey, ini ujian praktik! Sangat berbeda dengan ujian teori!” seru Korie dari ring sebelah. Rambutnya diikat rapi, sorot matanya tajam.

“Sebagai pendatang baru, jangan bertindak sembrono saat menghadapi lawan tangguh.”

“Lawan-lawan kita semua adalah murid dari Gerbang Naga. Tak satu pun dari mereka yang mudah ditaklukkan.”

“Kalau kamu terbunuh secara tak sengaja, tak ada yang bisa kamu salahkan.”

“Lagipula, semua peserta telah menandatangani perjanjian hidup dan mati sebelum naik ke ring!”

Wajah Korie menyiratkan ketidaksenangan yang masih mengendap.

Dulu, ia pernah ditolak mentah-mentah dan dipermalukan oleh Harvey di hadapan orang banyak. Sejak saat itu, rasa benci tumbuh diam-diam dalam dirinya.

Ia pun meyakini bahwa kemenangan Harvey di ujian teori tak lain karena ia hanya piawai menghafal buku—bukan karena keterampilan sejati.

Menurut Korie, dalam pertempuran nyata, ia jauh lebih unggul daripada Harvey. Ia adalah murid dari cabang luar Gerbang Naga di Wucheng, dan merasa dirinya tak terkalahkan.

Namun Harvey hanya menanggapinya dengan senyum ringan.

“Tenang saja. Aku tak akan mengecewakanmu, teman sekelas lama.”

Tidak lama berselang, tiga ratus murid Gerbang Naga mulai memasuki aula secara bersamaan. Mereka menyebar ke berbagai ring secara acak.

Jika peserta menyetujui, pertarungan bisa langsung dimulai di atas ring. Siapa pun yang menyerah atau terjatuh dari arena akan dianggap kalah.

Sementara peserta lain tampak aktif memilih lawan, Harvey justru berdiri tenang, tanpa inisiatif.

Ia menunggu hingga para murid Gerbang Naga menempati posisi mereka masing-masing, barulah ia memberi isyarat bahwa siapa pun boleh naik ke ring.

Orang pertama yang maju adalah seorang pria paruh baya bertubuh tambun dengan postur kuat. Ia mengambil tongkat kayu dari rak senjata dan menatap Harvey dengan pandangan meremehkan.

“Wah, aku nggak tahu kamu berasal dari mana…”

“Tapi, melihat tangan dan kakimu yang kecil, kamu bukan tipe petarung.”

“Orang tua dulu bilang, senjata tak punya mata.”

“Menurutku, lebih baik kamu menyerah dan turun sekarang sebelum aku secara tak sengaja membunuhmu.”

Ucapan sombong itu memancing gelak tawa dari para murid Gerbang Naga di sekitar arena.

Namun, sebagian dari mereka diam-diam menyetujui. Penampilan Harvey memang tidak mengesankan—terlihat kurus dan rapuh. Jika dia celaka di atas ring, itu bukan kejutan.

Korie ikut tertawa kecil, matanya bersinar penuh ejekan. Ia tahu siapa pria tambun itu—salah satu pengikutnya.

Bahkan, pria itu tengah berusaha menarik perhatiannya. Maka, cukup dengan isyarat ringan darinya, pria itu sudah tahu apa yang harus dilakukan.

Namun, Harvey hanya menanggapi dengan tenang.

“Ayo mulai saja. Mengapa kamu bicara sebanyak itu?”

Pria tambun itu menyeringai mengejek. Begitu Harvey tak menggubris peringatannya, dia langsung bergerak cepat. Tubuh besar itu ternyata jauh lebih lincah dari dugaan.

Begitu tiba di hadapan Harvey, dia langsung mengayunkan tongkat kayu besar ke arah kepala Harvey, mengincar serangan pembuka yang mematikan…


Semoga terhibur dengan cerita Novel Harvey York dan Mandy Zimmer (Ye Hao dan Zheng Man’er) Bab 3381 – 3382 gratis online.

Harvey York’s Rise to Power / The Supreme Harvey York / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Chapter bab 3381 – 3382.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*