
Novel Kebangkitan Harvey York Bab 3273 – 3274 dalam bahasa Indonesia. Menyadur novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Agung Ye Hao“.
Harvey York’s Rise to Power Chapter / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 3273 – 3274.
Bab 3273
Harvey menatap tenang dan berkata pelan, “Bagaimana kalau aku bilang tidak?”
“Bilang tidak?”
Paula mendengus penuh kesombongan, lalu mencibir dengan angkuh. “Tentu saja kamu bisa berkata tidak!”
“Tapi kalau kamu tidak punya keberanian untuk memberiku muka, tidak punya nyali untuk mendengarkan ucapanku…”
“Kalau begitu, jangan salahkan aku jika aku tak bisa lagi bersikap sopan.”
“Tapi tenang saja, aku ini orang beradab. Aku tidak sembarangan mengangkat tangan.”
“Paling buruk, aku akan mengirimmu ke rumah sakit jiwa dan membuatmu menghabiskan sisa hidupmu di sana!”
Sungguh gaya khas Paula.
Siapa pun yang berani membangkang, langsung dikirim ke rumah sakit jiwa tanpa ampun.
Tempat itu jauh lebih menyeramkan daripada Penjara Surgawi—bisa dibilang neraka dalam balutan institusi medis.
Sekali masuk ke sana, tidak ada jalan kembali!
Mendengar ancaman Paula, Reina dan rekan-rekannya saling bertukar pandang. Di wajah mereka, tersirat ejekan sinis—seolah menikmati kemalangan Harvey.
Bagi mereka, pria ini tak tahu diri. Datang ke tempat seperti ini tanpa tahu aturan, seperti mencari mati dengan sukarela.
‘Akhirnya kamu sadar juga, ya?’ pikir mereka. ‘Bahwa Rumah Sakit Pok Oi bukan tempat bagi rakyat biasa untuk berkeliaran sesukanya!’
Xynthia yang sedari tadi menahan diri, tak tahan lagi mendengar ucapan Paula. Ia menggertakkan gigi, lalu berseru marah, “Rumah Sakit Pok Oi-mu jelas-jelas melanggar hukum!”
Plaak!
Paula melangkah maju dan tanpa ragu menampar Xynthia keras-keras.
“Di Rumah Sakit Pok Oi kami,” ujar Paula dengan suara keras dan penuh kesombongan, “aku, Paula, adalah hukum! Aku, Paula, adalah langit!”
“Kamu berani melawanku?”
Sambil berkata demikian, Paula memalingkan wajah, dengan ekspresi yang angkuh tak tertahankan.
Tamparan itu membuat Xynthia terkejut dan terhuyung. Ia nyaris jatuh, wajahnya memerah karena malu dan perih.
Lilian, yang biasanya cerewet dan suka ribut, kali ini diam membatu. Bahkan untuk buang angin pun ia tak berani.
Ia benar-benar gentar. Baru saja mendengar Paula bicara, pikirannya langsung dipenuhi ketakutan: bagaimana jika ia benar-benar diseret ke rumah sakit jiwa?
Baam!
Tiba-tiba, sorot mata Harvey berubah dingin. Ia melangkah ke depan dan menendang perut Paula dengan kekuatan penuh.
Paula menjerit kesakitan. Tubuhnya terpental jauh dan menghantam pilar marmer rumah sakit dengan suara yang menggema.
“Ah!”
“Itu pemberontakan!”
“Ya Tuhan!”
Tendangan itu bukan hanya membuat Paula terdiam, tapi juga mengejutkan para perawat cantik yang menyaksikan—mereka spontan menjerit.
Wajah puluhan petugas keamanan langsung berubah muram. Mereka tampak geram, jelas tidak bisa menerima apa yang baru saja mereka lihat.
Paula bukan orang sembarangan. Ia direktur Rumah Sakit Pok Oi—dikenal angkuh, kejam, dan punya koneksi kuat di seluruh Wucheng.
Di dalam rumah sakit, semua dokter dan perawat tunduk padanya.
Di luar rumah sakit, bahkan anak-anak konglomerat pun akan menyapanya dengan panggilan ‘Direktur Baker” dengan sopan
Sosok sekuat ini, begitu ditakuti dan dihormati… ditendang oleh seorang asing?
Adegan itu terasa mustahil. Tak masuk akal!
Belum lagi kekuasaan Paula, bahkan hanya dengan pengawal yang ada di tempat saja, menggulingkan Harvey dan teman-temannya semestinya perkara mudah.
Tapi kenyataan berkata lain…
Seorang perawat cantik bahkan menampar pipinya sendiri sambil bergumam pelan, memastikan bahwa ini bukan mimpi.
Paula terdiam lama. Setelah beberapa saat, ia terhuyung-huyung bangkit, menahan perutnya sambil menatap Harvey dengan tatapan marah yang membara.
“Bajingan!”
“Dasar brengsek!”
“Kamu berani memukulku?!”
“Kamu tahu siapa aku?!”
Di matanya, Paula tampak garang, tapi sorotnya goyah. Hatinya penuh ketakutan.
Sementara itu, Harvey hanya menatap dengan pandangan dingin, seolah melihat makhluk menjijikkan yang tak layak dipedulikan.
Bab 3274
Mungkin karena sorot mata Harvey yang begitu menusuk, penuh hinaan dan cemoohan.
Paula, yang biasanya angkuh, kini tak hanya merasa dipermalukan, tetapi juga terbakar amarah. Dengan suara lantang, ia menunjuk Harvey dan berteriak:
“Hajar! Hancurkan semua orang ini! Jangan beri ampun!”
“Kalau terjadi sesuatu, aku yang tanggung jawab!”
Begitu perintah keluar, puluhan penjaga keamanan berbadan kekar langsung mengepung. Senyum sinis terukir di wajah mereka, seperti menanti pesta pembantaian.
“Ah! Mereka menyerbu!”
Lilian menjerit ketakutan dan spontan merangkak ke bawah tempat tidur Mandy.
Sementara Rudolf dan kelompoknya juga tampak pucat pasi. Mereka terbiasa dihormati ke mana pun pergi. Kapan terakhir kali mereka menghadapi kekerasan?
Mandy, dengan suara pelan dan lemah, berkata, “Harvey, hati-hati…”
Wajah Xynthia pun berubah putih pasi. Ia tak pernah menyangka, bahkan di Wucheng, seorang direktur rumah sakit bisa searogan ini.
Dengan suara bergetar, ia berbisik, “Kakak ipar, apa yang harus kulakukan sekarang…?”
Reina menatap semua itu dan langsung mencibir.
“Apa yang harus dilakukan? Masih tanya?”
“Kamu benar-benar cari perkara kali ini.”
Beberapa perawat cantik pun ikut bersorak penuh kesombongan.
“Betul! Selesai sudah urusanmu!”
“Kamu telah menyinggung Rumah Sakit Pok Oi!”
“Nanti kamu akan belajar, bagaimana cara mengeja kata kematian!”
Sementara cemoohan terus berdatangan, salah satu kapten keamanan maju ke depan, berdiri tepat di hadapan Harvey. Ia tersenyum dingin dan berkata,
“Masih belum terlambat untuk berlutut dan minta maaf. Kalau tidak…”
Plaak!
Belum sempat kalimat itu selesai, Harvey menampar wajahnya tanpa sedikit pun ragu.
Suara tamparan menggema keras. Mata si kapten mendadak gelap, dan ia langsung ambruk ke lantai, tak sadarkan diri.
Satu tamparan, dan pria sebesar itu langsung tumbang.
Pemandangan itu membuat ekspresi mengejek Reina dan kawan-kawannya langsung membeku.
Paula, yang tadinya menggertakkan gigi dengan penuh amarah, kini terpaku di tempat.
Tak satu pun dari mereka membayangkan bahwa Harvey punya kekuatan sehebat itu—cukup satu tamparan untuk merobohkan kepala keamanan rumah sakit.
Sungguh brutal!
Tanpa sadar, Paula dan para perawat cantik mundur selangkah. Mereka menelan ludah. Ketakutan yang selama ini mereka tebar, kini berbalik menghantui.
Sadar akan ketakutannya sendiri, wajah Paula berubah menjadi pucat kehijauan. Namun, amarahnya membuncah lebih liar.
“Cepat! Semuanya maju! Bunuh dia!”
“Kalau ada yang salah, aku yang tanggung!”
Kini, Paula benar-benar kehilangan kendali.
Selama ini, ia adalah penguasa mutlak rumah sakit—ratu yang tak tersentuh.
Bahkan pejabat pemerintah pun biasanya hanya menunduk, berbasa-basi, lalu meminta maaf.
Tak ada satu pun orang yang berani melawan kehendaknya.
Tapi kini, wibawa yang ia bangun selama bertahun-tahun, dihancurkan dalam sekejap oleh satu pria.
Jika ia tak menjatuhkan Harvey sekarang juga, bagaimana mungkin ia bisa bertahan di Wucheng?
Bagaimana bisa tetap memerintah Rumah Sakit Pok Oi seperti sebelumnya?
Mendengar perintah Paula, puluhan penjaga saling berpandangan, lalu menghunus senjata dari pinggang dan menyerbu sambil berteriak ganas.
“Lindungi kakakmu baik-baik.”
Ujar Harvey pelan, sebelum melangkah ke depan dengan tatapan tenang.
Plaak!
Satu tamparan lagi mendarat telak di wajah seorang penjaga terdepan. Tubuhnya terhempas dan menabrak tiga atau empat penjaga di belakangnya.
Tubuh-tubuh besar itu berjatuhan, menimbulkan suara berdebam yang menggetarkan udara.
Semoga terhibur dengan cerita Novel Harvey York dan Mandy Zimmer (Ye Hao dan Zheng Man’er) Bab 3273 – 3274 gratis online.
Harvey York’s Rise to Power / The Supreme Harvey York / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Chapter bab 3273 – 3274.
Leave a Reply