
Novel Kebangkitan Harvey York Bab 3147 – 3148 dalam bahasa Indonesia. Menyadur novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Agung Ye Hao“.
Harvey York’s Rise to Power Chapter / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 3147 – 3148.
Bab 3147
Lagi pula, Xynthia datang ke tempat ini bukan untuk mencari keributan. Tujuan utamanya hari ini adalah menghadiri sebuah pertunjukan komersial.
Namun, dunia hiburan tengah berada di ambang krisis. Setiap percikan kecil bisa menjadi kobaran besar dalam sekejap.
Andai insiden hari ini tertangkap oleh kamera paparazzi, dapat dipastikan akan menjadi santapan hangat di halaman depan berita hiburan esok pagi.
Maka sekalipun Dylan terkenal tak tahu malu, tetap saja banyak orang ingin menginjak harga dirinya.
Namun, Xynthia saat ini justru seperti ingin meniupkan angin ke bara. Ia tampak berniat mengubah persoalan kecil ini menjadi badai besar.
“Xynthia,” ujar Dylan dengan nada setengah mengejek, “bagaimanapun kamu berasal dari Kota Modu. Kamu bukan anak kampung yang baru melihat dunia.”
“Mengapa kamu masih saja bicara seperti bocah lugu?”
Dengan santai, Dylan mengeluarkan cerutu dari saku jasnya, menyalakannya dengan korek emas, lalu menyemburkan asap ke arah wajah Xynthia. Senyuman sinis menghiasi wajahnya.
“Meski kamu tidak tahu siapa aku sebenarnya di Studio Film dan Televisi Kota Wucheng, kamu pasti sadar bahwa tidak satu pun orang di dunia hiburan Wucheng yang berani menentangku, bukan?”
“Kamu sudah menolakku berkali-kali, dan sekarang kamu ingin aku angkat kaki?”
“Berani benar kamu.”
“Aku akan berterus terang! Kamu harus menyetujui dua syaratku. Tidak peduli kamu rela atau tidak!”
“Dan aku tak akan menyembunyikan apa-apa. Hari ini aku sengaja membawa seratus lebih orang dari Keluarga Bowie ke tempat ini.”
“Tempat ini, baik di dalam maupun di luar, sekarang berada dalam kekuasaanku.”
“Jika kamu tidak sepakat dengan tuntutanku, maka kamu dan semua orang di pihakmu hanya bisa keluar sambil merangkak, atau mungkin… dibopong!”
Ucapannya semakin menjadi-jadi. Wajah Dylan dipenuhi kesenangan bercampur aura dingin yang menusuk.
Dylan bukan orang sembarangan. Ia punya darah keturunan dari keluarga Bauer, juga merupakan bagian dari Keluarga Bowie.
Di ranah hiburan Wucheng, dia sudah lama menjadi sosok yang disegani—atau lebih tepatnya ditakuti. Siapa yang pernah menolak kehendaknya?
Dan sekarang, hanya karena seorang aktris kecil dari Shanghai, ia harus mendengar penolakan?
Betapa menggelikannya!
Apakah orang-orang ini benar-benar tidak tahu? Semua artis, selebritas internet, atau bintang tamu yang datang ke Wucheng untuk urusan pekerjaan—semuanya harus melewati pemeriksaannya terlebih dahulu.
Xynthia? Dia pun bukan pengecualian.
Wajah cantik Xynthia kini berubah muram. Suaranya pelan namun tegas saat berkata, “Dylan, aku peringatkan untuk terakhir kalinya.”
“Bawa semua anak buahmu pergi. Jangan bikin keributan.”
“Jangan kira karena aku memilih diam, berarti aku takut padamu.”
Dylan menyeringai dan mengangkat bahu seolah menanggapi candaan.
“Aduh… Jadi kamu sedang mengancamku?”
“Wah, aku ketakutan sekali!” Nada suaranya sengaja dibuat mengejek.
“Sungguh mengagumkan. Ternyata di Wucheng masih ada orang yang berani mengancamku!”
“Dan cuma bintang kecil pula?”
“Kamu benar-benar bernyali, ya?”
Ia kembali menyemburkan asap tebal dari cerutunya, menciptakan kabut tipis di antara mereka.
“Lalu… kalau kamu memang seberani itu, kenapa tidak sekarang saja?”
“Aku, Dylan, sudah datang ke tempatmu hari ini. Kalau aku tidak puas bersenang-senang denganmu, apa gunanya aku membawa begitu banyak orang kemari?”
“Toh semalaman aku tidak bisa tidur, hanya karena terus memikirkanmu!”
Boom!
Tiba-tiba, pintu belakang panggung terbuka lebar setelah ditendang keras dari luar.
Seorang pria melangkah masuk dengan tenang, wajahnya menunjukkan ketidaktertarikan, nyaris beku. Dengan suara datar dan tenang, dia berkata, “Pergilah… selagi aku masih bersikap lunak.”
Harvey baru saja bermaksud menjemput Xynthia untuk makan malam. Tapi saat baru memarkirkan mobilnya, ia menerima pesan darurat dari Xynthia, dan segera bergegas ke lokasi.
Melihat kedatangan Harvey, Aiden yang ada di sisi ruangan ikut menghela napas lega.
Sementara itu, seberkas cahaya muncul di mata Xynthia, seolah ia menemukan titik terang di tengah kekacauan.
“Heh? Siapa ini bocah cantik yang tiba-tiba muncul?”
Tatapan Dylan tertuju pada sosok asing yang baru saja datang.
Pria itu memang tampan, tapi tubuhnya tampak ramping, nyaris tak menunjukkan kesan kuat secara fisik. Jejak meremehkan langsung terukir di matanya.
Di Wucheng, kekuatan fisik dan penampilan gagah masih menjadi standar penghormatan di antara para pria.
Dan pria ini? Dengan wajah halus dan postur tenang, tampak seperti seseorang dari luar kota yang tak tahu apa-apa.
Bagi Dylan, pria seperti ini tidak akan bisa menahan beban dunia hiburan. Apalagi berani menentangnya?
Bab 3148
Pada momen itu, sudut bibir Dylan tampak meringis jijik. Tatapannya dingin, suaranya menusuk ketika berkata,
“Nak, kalau kamu memang ingin jadi gigolo, setidaknya jadilah gigolo yang pantas.”
“Jangan berteriak seenaknya di hadapanku!”
“Satu tamparan dariku cukup untuk menghabisi nyawa orang luar seperti kamu!”
“Setiap bulan, setidaknya delapan dari sepuluh bajingan sepertimu kupukul hingga hampir kehilangan nyawa.”
“Kamu ingin jadi pahlawan yang menyelamatkan sang gadis cantik? Tapi pernahkah kamu berpikir, apa kamu pantas?”
Nada Dylan penuh sindiran saat menghardik Harvey. Dengan sebuah isyarat tangan, sekelompok anak buahnya segera maju, menghadang langkah Harvey dengan ekspresi dingin tak bersahabat.
Langkah Dylan mendekat ke arah Xynthia. Senyuman sinis menyungging di bibirnya.
“Gadis manis, kalau kamu memang sudah tak sabar mengingatku, kenapa tidak bilang dari awal saja?”
“Kenapa repot-repot cari gigolo murahan?”
“Kamu seharusnya memilih aku!”
“Aku kuat, berpengalaman, dan tahu banyak cara menyenangkan. Lima menit? Itu baru permulaan!”
“Hari ini, aku ingin bersenang-senang denganmu. Selama aku puas, aku jamin hidupmu akan lebih mudah setelah ini.”
“Kalau kamu menandatangani kontrak ini dengan baik-baik, aku bahkan bisa berikan lebih banyak pekerjaan. Uang akan datang menghampirimu tanpa henti!”
“Menjadi wanitaku bukan sesuatu yang bisa didapat sembarang orang. Itu karunia yang mungkin baru kamu peroleh setelah beberapa kelahiran!”
Sorot mata Dylan menunjukkan kemenangan. Baginya, perempuan seperti Xynthia hanya satu dari sekian banyak yang telah dia sentuh selama bertahun-tahun.
Namun kali ini berbeda—Xynthia begitu polos, bersih dari segala noda, dan jelas belum pernah disentuh siapa pun. Justru karena itulah, Dylan merasa bersemangat.
“Tentu saja, kamu boleh saja menolakku,” ucapnya seraya mengedipkan mata penuh ancaman.
“Tapi kalau kamu berani menolak, aku tak segan mematahkan seluruh persendian tubuhmu.”
“Aku akan pastikan kamu hanya bisa merangkak di tanah untuk sisa hidupmu!”
Dylan tersenyum licik. “Bagaimana? Kamu setuju atau tidak?”
Suara tawa yang kasar dan keras meledak dari mulut para pengikutnya. Mereka tertawa seakan telah menyaksikan sebuah pertunjukan yang menghibur.
Namun sebelum Harvey sempat bergerak, Xynthia lebih dulu maju satu langkah dan melayangkan tamparan keras ke wajah Dylan.
Plaak!
“Kau benar-benar tak tahu malu!” bentak Xynthia.
Wajah cantiknya berubah menjadi dingin dan tegas.
“Karena bajingan sepertimu, dunia hiburan jadi begitu kotor dan menjijikkan!”
“Enyah dari sini!”
Tamparan itu mengejutkan semua orang. Seumur hidup, kapan Dylan pernah ditampar wanita? Apalagi di depan umum.
Dia menutup pipinya yang merah dan mulai bengkak, matanya tampak kosong, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
Teman-temannya sempat tertegun. Tapi kemudian mereka tersadar dan mulai menggulung lengan baju, bersiap memberi pelajaran.
Namun Dylan mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk menghentikan mereka.
Dengan tangan kanannya, dia mengusap wajahnya yang masih berdenyut, lalu tersenyum kecil.
“Tenang, tenang… Jangan lakukan itu.”
“Tamparan adalah bentuk cinta. Ucapan keras adalah bentuk perhatian.”
“Putri kecilku yang manis ini sebenarnya mencintaiku. Hanya saja, dia malu untuk mengatakannya langsung.”
“Tapi kamu juga harus tahu satu hal, saying… Aku punya kegemaran saat bercinta—menampar wajah perempuan.”
“Beberapa dari mereka bahkan mati karena itu.”
“Aku penasaran, apakah kamu cukup kuat untuk bertahan…”
Ucapan keji Dylan membuat semua teman-temannya tertawa terbahak-bahak. Tawa mereka penuh dengan makna kotor dan hinaan.
Wajah Xynthia memucat, matanya membelalak. Ini bukan sekadar penghinaan, ini adalah ancaman nyata.
Dia hanya seorang mahasiswi. Seumur hidup, belum pernah dia mendengar kata-kata sejorok dan sekotor itu.
Di dunia hiburan Shanghai, dia dikenal seperti seorang putri kecil—anggun, bersinar, dan selalu berada dalam lingkaran penuh perlindungan.
Tapi kini, di kota Wucheng, dia dipaksa mendengar kekejian ini. Harga dirinya diinjak-injak.
Tanpa banyak kata, Harvey melangkah maju. Suaranya terdengar lebih dingin dan tajam dari sebelumnya.
“Dylan, kamu benar-benar ingin mati?”
Namun sebelum Dylan bisa menjawab, seorang pemuda berambut gondrong dengan sikap seperti preman pasar menunjuk wajah Harvey dan berteriak dengan nada mengejek.
“Anak muka putih! Kamu tak punya hak bersuara di sini. Minggir!”
Semoga terhibur dengan cerita Novel Harvey York dan Mandy Zimmer (Ye Hao dan Zheng Man’er) Bab 3147 – 3148 gratis online.
Harvey York’s Rise to Power / The Supreme Harvey York / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Chapter bab 3147 – 3148.
Leave a Reply