
Novel Kebangkitan Harvey York Bab 3139 – 3140 dalam bahasa Indonesia. Menyadur novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Agung Ye Hao“.
Harvey York’s Rise to Power Chapter / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 3139 – 3140.
Bab 3139
“Ah–!”
Jeritan Logan melengking tinggi, memecah keheningan dengan suara yang menusuk telinga.
Meja kayu yang remuk dan serpihan-serpihannya yang menempel di wajahnya. Mmenjadikan pria nomor dua di Kantor Polisi Wucheng itu terlihat sangat memalukan.
Wajahnya yang berdebu dan tercabik kayu tampak seperti simbol kehancuran martabatnya sendiri.
Dia berusaha sekuat tenaga untuk melawan, namun sia-sia. Harvey mencengkeram rambutnya dengan kasar, membuatnya tak berdaya.
Ia hanya bisa pasrah, seperti domba yang menanti penyembelihan di altar kekuasaan.
Adegan itu mengguncang seluruh ruangan.
Banyak orang terpaku, tatapan mereka kosong, seolah otak mereka belum sempat memproses kenyataan yang terjadi di depan mata.
Tak satu pun dari mereka menyangka bahwa Harvey akan bertindak sekejam itu.
Dia bukan hanya mengabaikan status Logan, tapi juga mempermalukannya di depan umum dengan memperlakukan kepalanya bak karung tinju.
Sungguh, sebuah penghinaan yang brutal terhadap Logan!
Maclan menjadi yang pertama bereaksi. Dengan wajah merah padam oleh amarah, ia membentak lantang, “Harvey! Dasar bajingan keparat!”
“Apa yang kamu lakukan!?”
“Kurang ajar! Beraninya kamu menyentuh Direktur Bowie seperti itu!”
Lydia pun ikut menjerit marah saat menyaksikan pemandangan itu.
“Aku akan membunuhmu!”
Tanpa menunggu waktu, dia mencabut pedang yang terselip di pinggangnya dan menerjang maju dengan tatapan penuh murka.
Tujuh atau delapan pria dan wanita lainnya, yang semuanya mengenakan pakaian tradisional Tiongkok, langsung tersulut emosinya.
Wajah mereka diliputi kemarahan yang membara, dan sorot mata mereka menyala penuh dendam.
Di tanah kecil bernama Wucheng ini, ada orang yang berani melawan mereka dan tak memberi sedikit pun rasa hormat?
Dan dia cuma seorang pendatang dari seberang sungai?
Itu seperti seseorang yang dengan sengaja menginjak wajah mereka hingga terbenam ke tanah—tanpa rasa takut!
Detik berikutnya, mereka semua menghunus senjata dan menerjang ke arah Harvey dengan niat membunuh.
Namun Harvey sama sekali tak panik. Ia tak perlu mengucap sepatah kata pun. Kayden, yang sebelumnya sempat terjatuh karena tendangan, langsung bangkit dan mengibaskan tangannya dengan isyarat tegas.
Dalam sekejap, puluhan anggota elit Geng Kapak muncul dari segala penjuru, mengepung dan menghadang Lydia beserta rombongannya dengan formasi yang rapi dan solid.
Meski Lydia dan kawan-kawannya punya kemampuan tinggi, jumlah dan kekuatan Geng Kapak jauh melampaui mereka.
Dalam waktu singkat, suasana menjadi tegang dan berubah menjadi kebuntuan yang tak mudah dipecahkan.
Lydia menggeram geram, lalu memekik, “Kayden, apa maksudmu ini!?”
“Kamu berani menentang keluarga Bauer kami?”
“Kamu ingin mati, hah?!”
Kayden menanggapi dengan senyum santai dan nada suara yang tenang, namun menusuk, “Nona Bauer, Anda hanyalah cabang dari keluarga Bauer.”
“Sejauh yang saya tahu, Anda hanya mewakili garis keturunan Tuan Muda Bauer Tiga Belas, bukan keseluruhan keluarga Bauer.”
“Anda membawa nama besar keluarga untuk menekan saya?”
“Saya ketakutan sekali!”
Ia mengangkat bahu, menambahkan dengan suara lebih keras, “Namun, ada satu hal yang bisa saya pastikan—selama saya di sini, tak akan ada satu pun dari kalian yang bisa menyentuh Tuan Muda York!”
“KAU–!” Lydia tak percaya bahwa Kayden berani membangkang langsung di hadapannya.
Tubuhnya gemetar hebat karena marah. Ia menunjuk Harvey dengan penuh kebencian sambil berteriak,
“Dasar brengsek, dengarkan aku baik-baik! Kalau sampai sesuatu terjadi pada Direktur Bowie, kalian semua akan ikut terkubur bersamanya!”
Jelas, dia sudah berniat mencincang Harvey hidup-hidup.
Namun, sekuat apa pun dia, langkahnya tertahan. Anggota Geng Kapak yang jumlahnya banyak dan formasinya rapat membuatnya mustahil untuk menembus barikade itu.
Wajah Maclan pun kini menghitam, suaranya berat dan penuh ancaman.
“Harvey, Kayden!”
“Sudahkah kalian berpikir matang tentang konsekuensi dari tindakan ini?”
“Kalian tahu apa artinya menyinggung tokoh-tokoh penting secara terbuka?”
Namun Harvey tidak menggubris baik Maclan maupun Lydia. Ia hanya menendang Logan hingga berlutut di lantai.
Dengan gerakan tenang, ia mengulurkan tangan kanannya, menepuk-nepuk wajah pria malang itu seolah-olah mempermainkan seekor anjing yang tak tahu diri.
Dengan suara lembut yang terdengar tajam, ia berucap:
“Direktur Bowie, bolehkah aku bertanya sesuatu?”
“Jika yang kulakukan tadi menyinggungmu…”
“Lalu, menurutmu, aku ini apa sekarang?”
“Kamu bilang, kalua kamu marah, akibatnya akan sangat serius, bukan?”
“Nah, sekarang, coba ulangi lagi. Seberapa serius yang kamu maksud itu?”
“Haruskah aku berlutut dan bersujud untuk minta maaf padamu?”
“Hhmm?”
Bab 3140
Logan gemetar hebat, tubuhnya seolah kehilangan kendali. Pada saat itulah, Harvey menepuk pipinya dengan telak.
Rasa perih yang menjalar dari wajahnya seketika menyadarkannya dari keterpukauan.
Dia menarik napas panjang, lalu berteriak penuh amarah, “Dasar bajingan! Beraninya kamu menyentuhku?!”
“Kamu akan menyesalinya!”
Plaak!
Harvey tidak membuang waktu untuk membalas kata-kata kosong. Tanpa basa-basi, ia mencengkeram rambut Logan dan menampar wajahnya dengan punggung telapak tangan.
Suara tamparan menggema keras. Seketika, bekas telapak tangan merah mencolok muncul di pipi Logan. Wajahnya memerah dan mulai membengkak.
Ia menggertakkan gigi, penuh kebencian. “Bangsat! Beraninya kamu menghantam wajahku seperti ini…”
“Aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja!”
Harvey hanya menghela napas pelan.
“Kamu ini sangat bodoh.”
“Aku sangat heran bagaimana bisa kamu bertahan hidup sampai usia setua ini.”
“Bagaimana kamu bisa memperoleh jabatan itu?”
“Bahkan kamu tidak tahu makna dari pepatah, orang bijak tahu saatnya menyesuaikan diri dengan keadaan.”
Sembari mengucapkan kalimat itu, Harvey kembali mengayunkan tangannya ke sisi lain wajah Logan.
Tamparan keras itu membuat wajahnya semakin parah—merah lebam dengan darah mulai merembes dari sudut bibir.
“Kamu…”
Di saat itu, Logan merasa wajahnya panas, kepala seolah dihantam palu, seluruh tubuh seperti melayang. Dada sesak oleh rasa malu dan kemarahan yang bercampur aduk.
Sejak menjabat sebagai orang nomor dua di Kantor Polisi Wucheng, Logan telah terbiasa berlaku angkuh. Ia selalu dihormati, dielu-elukan.
Wibawanya tak hanya mengakar di Wucheng, tetapi juga di wilayah-wilayah sekitarnya.
Namun, hari ini… ia tidak pernah menyangka akan dipermalukan sebesar ini.
Di depan begitu banyak orang, dia ditampar berkali-kali seperti seorang pesakitan.
Bagaimana dia akan menegakkan wibawanya setelah ini?
Namun, meskipun dihina sedemikian rupa, dia tak berani melawan Harvey. Jika ia nekat, bisa-bisa Harvey benar-benar membunuhnya saat itu juga.
“Kelihatannya sekarang aku bisa berbicara dari posisi yang tepat,” ucap Harvey dingin. Ia berdiri, lalu menendang Logan yang berusaha menahan amarah dan rasa malunya.
Dengan suara tenang, ia berkata, “Ingat ini baik-baik. Jangan terlalu merasa penting. Belajarlah menjadi manusia sebelum menjadi pejabat.”
“Dunia seni bela diri bukanlah semata-mata tentang pertarungan dan pembunuhan. Dunia ini adalah tentang hubungan, tentang kebijaksanaan dalam menjalani hidup.”
“Kalau bukan aku yang berhati lembut, kalau kamu bertemu pemuda seperti Joseph, barangkali sekarang kamu sudah jadi mayat.”
Kata-kata Harvey itu—yang dikutip dari omongan Logan sendiri—seakan tamparan kedua yang lebih menyakitkan. Maclan yang menyaksikannya sampai menggigil karena murka.
Lydia dan yang lainnya pun hanya bisa menggertakkan gigi—menahan rasa malu yang membakar wajah.
Sungguh aib!
Keluarga Bauer yang selama ini disegani, kini harus menelan pil pahit penghinaan di depan umum.
Namun Harvey tak menggubris mereka. Pandangannya tetap tertuju pada Logan, dan dengan nada datar ia memerintah:
“Kembalilah dan lepaskan orang itu.”
“Ingat, kamu tak punya banyak waktu. Kini hanya tersisa lima puluh menit.”
“Tentu saja, kalau kamu ingin mempertahankannya, silakan. Tapi risikonya tanggung sendiri.”
“Mengenai jabatan Kepala Balai Penegakan Hukum Gerbang Naga… siapa pun yang menginginkannya, bisa datang dan bicara padaku.”
“Berlutut di hadapanku. Bersumpah setia. Jadilah anjingku.”
“Kalau begitu, mungkin aku akan mempertimbangkannya.”
Harvey mengakhiri ucapannya dengan tepuk tangan pelan, seperti mempertegas sindirannya.
Begitu selesai berbicara, ia kembali menendang Logan hingga pria itu terjerembap. Tubuhnya tergeletak dalam keadaan mengenaskan—bekas luka dan rasa malu menampar harga dirinya.
Logan yang biasanya dikenal arogan dan tak tersentuh, kini hanya bisa mengatur napas, menahan rasa sakit, dan menunduk dalam diam.
“Harvey! Kayden! Kalian sudah kelewatan!”
Detik berikutnya, Maclan tak bisa lagi menahan gejolaknya. Ia melangkah maju, tubuhnya bergetar karena amarah setelah melihat Harvey menampar Logan berkali-kali dan melontarkan kata-kata yang dianggapnya keterlaluan.
“Apakah kalian pikir para tetua dalam klan kami tidak pernah ada?!”
Semoga terhibur dengan cerita Novel Harvey York dan Mandy Zimmer (Ye Hao dan Zheng Man’er) Bab 3139 – 3140 gratis online.
Harvey York’s Rise to Power / The Supreme Harvey York / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Chapter bab 3139 – 3140.
Leave a Reply