
Novel Kebangkitan Harvey York Bab 2977 – 2978 dalam bahasa Indonesia. Menyadur novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Agung Ye Hao“.
Harvey York’s Rise to Power Chapter / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 2977 – 2978.
Bab 2977
Kraaak—
Pintu ruang berpendingin udara itu mendadak terhempas terbuka, ditendang keras oleh seseorang yang baru saja masuk.
Harvey melangkah santai ke dalam, mengenakan kaus hangat sederhana, di tangannya menggenggam secangkir teh Pu’er yang mengepul harum.
Ia duduk dengan angkuh di seberang meja makan, memandangi Jason yang terikat di hadapannya dengan sorot mata menyipit, seolah tengah menakar sisa harga diri yang masih melekat pada tubuh pria itu.
Sejenak, kebencian melintas tajam di balik mata Jason saat menyadari kehadiran Harvey.
Namun, bara amarah itu segera memudar, dan yang tersisa hanyalah tatapan kosong, tak lagi menyimpan semangat perlawanan seorang Dewa Perang.
Dalam dua hari terakhir, ia tak mampu memejamkan mata. Tubuhnya menggigil oleh udara dingin yang menusuk, dan kekuatan yang dulu diagungkan seolah menguap.
Awalnya, dia memang mencoba bertahan. Keinginannya kuat, tekadnya bagaikan baja. Namun, efek hipnosis ringan yang diterapkan berulang-ulang, disertai sugesti psikologis yang intens, telah mengikis keteguhan hati itu sedikit demi sedikit.
Kekuatan batin selevel dewa perang pun nyatanya punya batas.
Sungguh, semua ini adalah hasil perbuatannya sendiri.
Andai saja Jason tak memaksakan penggunaan hipnotis ringan berkali-kali, mungkin dia masih mampu bertahan beberapa waktu lagi.
Namun, dunia tak pernah memberi tempat pada kata “andai”.
“Tuan York, apa yang Anda inginkan?”
Meski suaranya terdengar lirih dan gemetar, Jason masih menyusun kata-kata dengan sisa-sisa kesadarannya.
Tatapannya sayu, bibirnya bergetar. Suara yang keluar terdengar seperti keluhan orang sekarat yang menolak takdir.
Harvey menyesap tehnya perlahan. Aroma teh memenuhi udara saat ia tersenyum santai, lalu berkata dengan nada ringan,
“Tuan muda Leo, halo. Rasanya sudah cukup lama sejak terakhir kali kita bertatap muka.”
“Mengapa kamu begitu lemah tak berdaya?”
“Jika hari itu kamu berhasil menembak kepala Vince, mungkin ceritanya akan berbeda. Mungkin kamu akan membunuhnya saat itu juga.”
“Walaupun pada akhirnya kamu harus melarikan diri ke luar negeri, setidaknya kamu tidak akan jatuh serendah ini, bukan?”
Harvey maju satu langkah.
Tangan kanannya menepuk wajah Jason perlahan—bukan dengan kekerasan, melainkan dengan sikap merendahkan yang menghancurkan harga diri. Lalu, tanpa ragu, ia menuangkan teh hangat ke wajah Jason.
Cairan itu membasahi kulitnya, menyegarkan, sekaligus melembabkan bibirnya yang kering pecah.
Jason dengan refleks menjulurkan lidahnya, mencoba menjilat sisa teh yang mengalir.
Namun ketika matanya bertemu dengan senyum setengah mengejek Harvey, tubuhnya mendadak kaku. Seolah disengat petir dari langit.
Saat itu pula dia sadar—martabatnya telah hancur, terinjak di hadapan musuh lamanya.
Hening sejenak menyelimuti ruangan sebelum Jason bersuara pelan, “Harvey, apa yang kamu inginkan dariku…”
Harvey tertawa kecil, suara tawanya tenang namun menusuk.
“Tak banyak. Aku hanya menagih hasil dari taruhan kita, kamu dan aku.”
“Karena Vince masih hidup dan masih berjalan dengan dua kakinya, maka nyawamu masih menjadi milikku.”
“Kamu adalah anjingku sekarang. Mengerti?”
“Jika aku berkata kamu harus mati, maka kamu mati…”
“Kalau aku ingin kamu tetap bernapas, maka kamu akan hidup.”
Harvey menyipitkan matanya, senyum di wajahnya seolah menari bersama kekuasaan yang ia genggam.
“Aku selalu percaya bahwa setiap orang pantas mendapat satu kesempatan.”
“Meski saat ini kamu tampak menyedihkan, bahkan bagai seekor anjing di mataku, aku tetap ingin memberimu peluang.”
Ia menoleh ke arah Edwin. “Seseorang, kemarilah. Bebaskan Tuan muda Leo kita ini.”
Dengan isyarat tenang, Harvey menyuruh Edwin untuk melonggarkan ikatan pada tubuh Jason.
Kemudian, ia menuangkan secangkir teh Pu’er hangat dan meletakkannya di atas meja di depan Jason.
Tak berhenti di situ, Harvey mengeluarkan revolver dari balik pakaiannya dan menaruhnya di sisi lain meja.
“Dengar baik-baik, Tuan Leo.”
“Aku sedang bersikap sangat sopan padamu saat ini.”
“Kamu memiliki satu kesempatan terakhir.”
“Ambil senjata itu dan akhiri hidupmu. Aku akan menghormatimu sebagai seorang lelaki sejati. Dan tahun depan, di tanggal yang sama, aku akan membakar segepok uang kertas untuk mengenangmu.”
“Atau, kamu bisa memilih meneguk teh ini… lalu berlutut.”
“Tentu saja, tak ada yang perlu merasa malu untuk berlutut.”
“Putri Keempat pun pernah melakukannya di hadapanku demi menyelamatkan nyawamu.”
“Bahkan bangsawan seperti putri kerajaan Inggris bisa menekuk lututnya… Jadi, mengapa kamu, Jason—seorang pria dengan darah campuran dan status palsu—tidak bisa melakukannya?”
Bab 2978
Jason mulai gemetar, tubuhnya bergetar tanpa kendali.
Ia sepenuhnya memahami pilihan yang diberikan Harvey kepadanya:
Mengakhiri hidupnya saat itu juga, atau menjatuhkan diri menjadi anjing milik Harvey.
Harvey bahkan tak ragu membayangkan menjadikan sosok legendaris, seorang Dewa Perang generasi ini, sekadar peliharaan yang setia!
Pada saat itu, amarah menggelegak dalam dada Jason.
Sisa harga diri dan nalar yang masih tersisa berteriak padanya—jika ia sungguh berlutut hari ini, maka selamanya ia tak akan mampu berdiri tegak di hadapan Harvey.
Namun tangannya gemetar saat ia menekan revolver ke meja, dan matanya dipenuhi bayang-bayang keengganan.
Kepulangannya kali ini bukan untuk menjadi anjing siapa pun. Ia datang sebagai raja!
Ia masih menyimpan dendam yang belum terbalaskan. Ada begitu banyak hal yang harus ia selesaikan. Jika ia mati begitu saja, apa artinya semua pengorbanan itu?
Seluruh ambisi untuk menguasai dinasti akan berakhir sia-sia!
Harvey memandangi Jason dengan sorot mata santai dan tenang, sebelum perlahan melengkungkan bibirnya menjadi senyuman yang mengandung ejekan.
“Sebenarnya, saya sangat mengagumi keteguhan hati Anda, Tuan Leo.”
“Sebagai orang Daxia, kamu memilih menjadi anjing Kekaisaran Inggris, dan sekarang kamu masih berani marah padaku demi mempertahankan martabat seekor anjing.”
“Berlutut seharusnya bukan perkara sulit untukmu, bukan?”
“Bukankah kamu sudah pernah melakukannya enam tahun silam?”
“Waktu itu, kamu sanggup menelan segala penghinaan demi menanti momen balas dendam dan kembali sebagai seorang raja.”
“Apa sekarang kamu tidak sanggup mengulanginya?”
“Berlutut itu bukan aib.”
“Lihatlah Raja Gou Jian dari Yue—bahkan ia sanggup menahan penderitaan demi kejayaan di kemudian hari…”
“Jadilah anjingku. Mungkin suatu hari nanti, saat aku sedang bermurah hati, aku akan membiarkanmu bebas.”
Wajah Harvey tetap dingin, namun senyumnya penuh kepuasan.
Terhadap orang seperti Jason, Harvey tahu betul: setelah meremukkan semangat lawan, ia harus menyisakan secuil harapan.
Karena harapan tipis yang menggantung di ujung jurang keputusasaan itulah yang paling menyiksa. Yang membuat seseorang akhirnya menyerah total.
Tertawa ringan terdengar…
Di saat itu juga, suara desisan daging sapi lada hitam yang sedang dipanggang di atas meja memecah keheningan, aromanya meruap ke seluruh ruangan, menggoda indra penciuman siapa pun yang ada di sana.
Tenggorokan Jason bergolak—
Ia menelan ludah.
Di detik berikutnya, dengan tangan gemetar, ia meraih secangkir teh Pu’er dan meneguk habis isinya.
Kemudian, ia menjatuhkan diri berlutut sembari berteriak,
“Tuan Muda York, mulai hari ini, aku adalah anjingmu!”
“Bagus sekali.”
Harvey tersenyum dan menghantam Jason dengan tendangan, menjatuhkannya ke lantai.
“Kalau begitu, nikmatilah makanan anjing yang aku sediakan untukmu.”
“Setelah kamu mandi dan berganti pakaian, bersiaplah untuk bekerja.”
Dengan penuh penghinaan, Jason menjilati wajahnya sendiri dan bersujud hormat di hadapan Harvey, lalu merangkak ke arah meja makan dan mulai menyantap hidangan seperti binatang kelaparan.
Saat Harvey berjalan meninggalkan ruangan ber-AC itu, kilatan sinis terpancar di matanya.
Baginya, orang seperti Jason—yang menjual kehormatan leluhur dan tanah air demi kepentingan pribadi—hanya layak untuk merangkak jika diberi kesempatan kedua.
Memalukan!
Sosok seperti Jason tak layak menyandang gelar “Dewa Perang”.
Dia mungkin punya kekuatan seorang dewa peran, tapi tidak memiliki kehormatan yang semestinya mengiringi gelar itu.
Dia sangat memalukan.
* * *
Setelah menyelesaikan urusan dengan Jason, Harvey memerintahkan Edwin untuk memanggil Putri Keempat—wanita yang saat ini bagaikan semut yang dilempar ke dalam wajan panas—dan mengundangnya makan malam untuk esok hari.
Putri Keempat cukup gelisah menerima undangan mendadak itu. Namun akhirnya, ia menyanggupi permintaan Harvey.
Bagaimanapun juga, baik kegagalan Rencana B malam ini maupun pertemuan mereka yang lalu, semuanya telah menghancurkan sisa-sisa harga diri terakhir yang masih ia genggam.
Ia sangat menyadari satu hal—ia telah kalah, kalah total di hadapan Harvey York.
Kini, dirinya tak lebih dari adonan lunak di tangan pria itu. Jika Harvey ingin dia hidup, maka ia akan terus bernapas.
Namun jika Harvey menghendaki kematiannya, maka semuanya akan berakhir dalam sekejap…
Semoga terhibur dengan cerita Novel Harvey York dan Mandy Zimmer (Ye Hao dan Zheng Man’er) Bab 2977 – 2978 gratis online.
Harvey York’s Rise to Power / The Supreme Harvey York / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Chapter bab 2977 – 2978.
Leave a Reply