
Novel Kebangkitan Harvey York Bab 2513 – 2514 dalam bahasa Indonesia. Menyadur novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Agung Ye Hao“.
Harvey York’s Rise to Power Chapter / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 2513 – 2514.
Bab 2513
Di belakang Harvey, sejumlah anggota elit Istana Naga Makau-Hong Kong menghunus senjata api. Wajah-wajah mereka tampak muram, sorot mata menyala oleh ketegangan.
Laras senjata itu terarah tepat pada pasukan elite Hongxing, siap meletus kapan saja.
Mereka menyadari, jika peluru ditembakkan, kerugian besar tak akan terelakkan.
Namun di saat genting ini, tak ada ruang bagi para prajurit Istana Naga untuk mundur. Langkah telah diambil, jalan kembali telah tertutup.
Dalam hati, tak sedikit dari mereka mengutuk Harvey dalam diam. Pria itu terlalu congkak. Terlalu percaya diri.
Dia mengira Hongxing bisa ditekan hanya dengan sedikit orang dan senjata?
Apakah mengira Hongxing beroperasi seperti Istana Naga, tempat yang masih tunduk pada hukum dan logika?
Apa sebenarnya yang Harvey pikirkan?
Ding ding ding!
Suara benturan senjata kembali menggema, membelah udara. Di tengah pertempuran yang telah berlangsung puluhan jurus itu, raut wajah Lion King berubah. Dengan gerakan cepat, ia menghunus sangkur tajam yang sejak tadi disembunyakannya dekat pinggang.
Tanpa ragu, dia berguling ke lantai, lalu menerobos langsung ke arah Edwin dari bawah. Sorot matanya dingin, dipenuhi niat membunuh yang menguar begitu tajam.
Ia menikamkan sangkur itu, menusuk ke arah Edwin dengan kecepatan yang nyaris mustahil dihindari.
Meski tampak acak, tusukan itu justru mengarah tepat ke titik paling terbuka di tubuh Edwin. Ujung bayonet itu menyala redup dalam cahaya biru yang mengancam, seakan mengabarkan bahwa satu pukulan ini cukup untuk merenggut nyawa.
Lebih dari sekadar cepat, serangan Lion King mengandung kekuatan membunuh dalam satu pukulan mematikan. Siapa pun yang bukan petarung sejati pasti akan lumpuh oleh rasa takut sebelum mampu bergerak menghindar.
Namun di saat yang menentukan, ekspresi Edwin justru berubah dingin. Ia mencengkeram pedang dengan kedua tangan, lalu mengayunkannya ke arah kepala, tepat mengarah pada Lion King.
Binasa bersama.
Jika Lion King tetap menerjang, maka pada detik yang sama ketika Edwin tewas ditikam, tubuh Lion King juga akan terbelah oleh pedang itu.
Sebuah keputusan gila, tapi mematikan.
Ketajaman dan keyakinan dalam ayunan pedang itu membuat Lion King bergidik. Wajahnya pucat, dan detik berikutnya, ia melemparkan pandangan penuh kebencian ke arah Harvey.
Sebelumnya, Edwin tidak bertarung dengan cara seperti ini.
Namun sejak pemuda bernama Harvey itu memberinya beberapa petunjuk, segalanya berubah. Edwin menjadi lebih nekat, seolah tak peduli nyawa.
Masalahnya, Edwin memang tidak takut mati, tapi tidak dengan dirinya.
Lion King adalah tokoh besar Hongxing. Ia terbiasa hidup mewah, menikmati mobil mahal dan kapal pesiar. Mana mungkin dia mati demi anak ingusan?
Di detik berikutnya, Lion King terpaksa mengganti taktik. Ia menghentikan terjangan, lalu mengayunkan bayonetnya berkali-kali dalam kecepatan tinggi—semuanya membentur pedang Edwin.
Klang! Klang! Klang!
Bunyi logam bertemu logam menggema di udara. Pertarungan yang sengit itu menemui jalan buntu. Keduanya terhempas mundur hampir bersamaan.
“Engh…!”
Edwin mendarat dengan tubuh gemetar, lalu memuntahkan seteguk darah. Wajahnya pucat pasi.
Sementara Lion King memaksa menahan darah yang ingin menyembur, dadanya naik turun oleh napas yang berat.
Tak pernah terbayangkan oleh Lion King bahwa seorang pemuda seperti Edwin mampu bertahan sejauh ini. Bahkan membuat keduanya sama-sama terluka parah.
Di usia semuda itu, Edwin sudah memiliki keberanian dan keterampilan sehebat ini. Itu bukan hal yang bisa dianggap remeh.
Namun Lion King bukan seorang yang mudah mengalah. Ia adalah seseorang yang kejam dan tak pernah memberi ruang bagi bibit ancaman.
Dengan tangan gemetar, ia menyeka darah dari sudut bibir. Suaranya dingin seperti es saat berteriak, “Cepat! Dia terluka!Tembak dia sampai mati!”
Hongxing tidak boleh kehilangan muka!
Apa pun yang terjadi, mereka harus merebut kembali kendali di tempat ini.
Tanpa pikir panjang, para anggota elit Hongxing segera mengangkat senjata mereka, jemari bersiap membuka pengaman.
Namun sebelum mereka sempat menyelesaikan gerakan itu, sebuah bayangan melesat cepat ke depan.
Harvey.
Tanpa suara, dia melangkah maju. Dalam sekejap mata, tubuhnya sudah berada tepat di depan Lion King. Gerakannya begitu cepat, bahkan melebihi kecepatan dua orang yang baru saja bertarung mati-matian.
“Maaf,” ucap Harvey, suara tenang namun mengandung maut. “Kamu tidak punya kesempatan.”
Plaak!
Satu tamparan telak mendarat.
Tanpa sempat bereaksi, Lion King terpental ke udara, menghantam dinding dengan keras.Tubuhnya meluncur turun perlahan.
Namun semua orang di sana dapat melihat dengan jelas. Kepala Lion King telah terpelintir satu putaran penuh. Wajahnya membeku dalam ekspresi keterkejutan dan ketidakpercayaan, sementara darah hitam mengalir pelan dari sudut bibirnya.
Hanya dengan satu tamparan, Lion King menemui ajalnya.
Bab 2514
Seluruh tempat itu tenggelam dalam keheningan mencekam. Saking sunyinya, suara jarum jatuh pun seakan bisa terdengar dengan jelas.
Setiap pasang mata membelalak, terpaku pada pemandangan di depan mereka—penuh keterkejutan dan ketidakpercayaan. Apa yang mereka saksikan terasa tak masuk akal, seperti mimpi buruk yang terlalu nyata untuk diabaikan.
Tak seorang pun dapat membayangkan bahwa sosok yang begitu angkuh, yang muncul bak raja dengan wibawa seorang guru besar—Lion King—ditampar begitu saja hingga tewas oleh Harvey.
Lion King bukanlah tokoh biasa. Dia adalah salah satu tokoh terkuat di Hongxing, pengendali kekuasaan bayangan di Makau dan Hong Kong.
Namun, seorang master sekalipun bisa jatuh dengan cara yang begitu hina.
Tamparan Harvey tak hanya mengakhiri hidup Lion King, tapi juga menginjak-injak harga diri Hongxing. Tamparan itu adalah simbol penghinaan, bukan sekadar kekerasan.
Para prajurit elit Hongxing yang memegang senjata api hanya berdiri mematung. Tak ada yang mengangkat senjata, tak ada teriakan dendam yang menggema.
Yang mereka rasakan hanyalah dinginnya logam di genggaman, dan hawa beku yang merayap dari ujung jari hingga ke tulang belakang. Tubuh mereka gemetar, bahkan untuk sekadar berkedip pun mereka tak berani.
“Bunuh! Bunuh dia!”
“Tembak dia sampai mati! Balaskan dendam Lion King!”
Butuh waktu cukup lama bagi Carol untuk sadar dari keterkejutannya. Ketika akhirnya dia bisa bereaksi, jeritannya meledak penuh kegilaan.
Dia tahu, dengan kejadian malam ini, hidupnya telah hancur berkeping-keping.
Ryuichi Furuta telah mati. Lion King mati di depan matanya. Dan Naoto Takei kini berada di ujung tanduk.
Untuk semua ini, Carol tahu, akan ada harga yang sangat mahal yang harus dibayar.
Jika Harvey tidak lenyap malam ini, maka dirinya yang akan binasa.
Sayangnya, meski teriakan Carol menggema, tak satu pun prajurit elit Hongxing yang punya keberanian mengangkat senjata. Mereka hanya berdiri kaku, dipenuhi ketakutan.
Tamparan barusan melampaui batas nalar mereka. Sesuatu yang tidak seharusnya bisa dilakukan manusia biasa, dilakukan Harvey dengan satu gerakan sederhana.
Bahkan para anggota elit Istana Naga Makau-Hong Kong yang turut menyaksikan pun terkejut bukan main.
Mereka akhirnya mengerti mengapa Harvey mampu menekan kekuatan Istana Naga hingga memaksa Nyonya York melarikan diri dari tahta.
Satu tamparan itu telah menjelaskan segalanya.
Menatap barisan prajurit Hongxing yang kini menggigil ketakutan, Carol dipenuhi rasa putus asa. Wajahnya memucat, tapi matanya bersinar gila.
Dengan gerakan terburu-buru, ia meraih pistol bergagang pendek dari pinggangnya. Tanpa pikir panjang, ia menarik pelatuk, menembakkan seluruh amunisi ke arah Harvey.
“Aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu!”
Dor! Dor! Dor!
Suara peluru menggema, memecah keheningan. Namun, semua timah panas itu hanya berjatuhan di tanah, tepat di sekitar kaki Harvey.
Tak satu pun menyentuh tubuhnya.
Harvey tetap berdiri tenang, tidak sedikit pun terguncang. Ia melangkah maju perlahan, lalu mengangkat dagu Carol dengan ujung jarinya, menatapnya sambil tersenyum samar.
“Lihat,” katanya, tenang namun menusuk, “bahkan saat kamu memegang pistol, kamu tetap tak mampu melukaiku.”
“Kamu takut. Dan kamu tahu itu.”
“Kalau kamu tak menembak, kamu akan hidup.”
“Tapi begitu kamu menembak, kamu mati.”
“Kalau kamu sudah setakut ini, mengapa tidak akui saja?”
“Kamu berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirimu. Untuk apa?”
Kata-katanya meluncur lembut, seolah angin sepoi. Tapi setiap suku katanya terasa seperti bilah es, mengiris perlahan ke dalam hati Carol.
Karena meskipun Harvey tak membunuh siapa pun secara langsung saat itu, ia telah menghancurkan kehendak mereka.
Plaak!
Satu tamparan telak kembali mendarat di wajah Carol. Tubuhnya terpelanting dan jatuh ke lantai.
Dengan suara yang tetap tenang, Harvey berkata pelan, “Kembalilah dan katakan pada bosmu di Hongxing! Jika dia berani menggangguku lagi, bahkan jika dia sendiri mati, aku pastikan seluruh Hongxing ikut terkubur bersamanya.”
Usai berkata demikian, Harvey mengalihkan pandangan ke arah Vince, yang sejak tadi hanya berdiri menonton.
Senyum kecil mengembang di wajah Harvey.
“Kalau aku tak salah, kamu pasti Tuan Muda dari Keluarga York Makau Hong Kong… Vince, bukan?”
“Saya dengar, Tuan Muda York dikenal sebagai pemuda terbaik di antara generasi seangkatan. Konon bukan hanya mahir dalam berbagai bidang, tapi juga menjadi simbol keadilan dan integritas di Hong Kong dan Makau.”
Harvey sedikit mendekat, suaranya tetap tenang namun penuh sindiran. “Jadi setelah menonton semua ini, kamu mempertimbangkan akan melaporkannya ke polisi?”
Semoga terhibur dengan cerita Novel Harvey York dan Mandy Zimmer (Ye Hao dan Zheng Man’er) Bab 2513 – 2514 gratis online.
Harvey York’s Rise to Power / The Supreme Harvey York / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Chapter bab 2513 – 2514.
Leave a Reply