Kebangkitan Harvey York Bab 2511 – 2512

Novel Rise to Power The Supreme Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bahasa Indonesia Lengkap.webp

Novel Kebangkitan Harvey York Bab 2511 – 2512 dalam bahasa Indonesia. Menyadur novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Agung Ye Hao“.

Harvey York’s Rise to Power Chapter / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 2511 – 2512.


Bab 2511

Suara dingin yang tiba-tiba menggema di seluruh ruangan, memecah suasana hingga menimbulkan getaran mencekam yang menjalar ke segenap penjuru.

Hampir semua orang yang hadir sontak merasa ngeri, insting mereka memaksa untuk menoleh ke segala arah, mencari sumber suara yang entah datang dari mana.

Bagi mereka yang memiliki indra kepekaan tinggi, hawa dingin yang merambat di sekujur tubuh nyaris seperti pertanda bencana. Mereka menggigil, bukan karena cuaca, tetapi karena kegagalan menemukan sosok yang baru saja berbicara.

Carol yang mendengarnya pun tak luput dari keterkejutan. Meski sesaat, dia menutupi wajahnya dengan tangan dan berkata lirih, “Lion King, terima kasih atas bantuannya.”

Dia lalu menunjuk pria di hadapannya dan berkata, “Orang ini telah berlaku kasar terhadap kami, terhadap Hongxing. Dia sama sekali tidak menghormati kita.”

“Tolong hadapi dia, orang tua.”

Lion King…!

Begitu nama itu terdengar, suasana seketika berubah. Orang-orang yang hadir, baik dari Hong Kong maupun Makau, sontak terkesiap. Ekspresi mereka yang semula santai kini berubah menjadi tegang dan penuh kewaspadaan.

Lion King bukanlah nama sembarangan. Ia adalah salah satu petarung terbaik yang pernah dimiliki oleh Hongxing.

Menurut kabar yang beredar, dia bukan berasal dari dalam negeri, melainkan sosok legendaris yang didatangkan dari luar negeri oleh bos besar Hongxing. Diberi bayaran tinggi, khusus untuk melindungi jajaran elite organisasi dari serangan dan pembunuhan musuh asing.

Siapa sangka, Lion King justru mengikuti Carol.

Dengan kehadiran Lion King di sisinya, Carol ibarat berada di balik tembok baja yang tak tertembus. Aman sepenuhnya.

Apalagi menurut cerita yang beredar, Lion King bukan sekadar ahli tempur. Dia adalah raja pajurit, seseorang yang hanya selangkah lagi menebus level Dewa Perang.

Maka, pria bernama Harvey York itu, hari ini nasibnya sudah jelas. Kematian menantinya.

Bahkan Edwin pun mungkin tak mampu menolongnya kali ini.

Betapapun hebatnya Edwin yang baru saja naik peringkat sebagai raja prajurit, tetap saja, ada jurang perbedaan antara para petarung puncak.

Di hadapan Lion King, Edwin barangkali tak lebih dari bayangan samar kekuatan sejati.

Yang bisa disimpulkan hanyalah satu. Hongxing dipenuhi sosok-sosok luar biasa yang tidak boleh dianggap enteng.

Lion King akhirnya bersuara. Nada bicaranya datar namun dingin, bagaikan desau angin yang membawa ancaman.

“Anak muda,” katanya, “Hongxing dan Shinkage bukan sesuatu yang bisa seenaknya kamu singgung.”

“Aku memberimu kesempatan! Tampar dirimu sendiri sepuluh kali, lalu selamatkan Naoto Takei. Jika kamu patuh, aku akan mengampuni nyawamu.”

“Tapi jika menolak, aku sendiri yang akan merobek urat-uratmu dan mengulitimu hidup-hidup.”

Suara itu begitu dingin, begitu mengancam. Seakan berasal dari alam baka, menggema seperti peringatan terakhir dari dunia bawah.

Seketika ruangan diselimuti ketegangan mencekam. Peluh dingin membasahi kening banyak orang.

Dan kemudian, tanpa aba-aba, sebuah bayangan melesat masuk dari jendela.

Tak bersuara. Mendarat dengan keanggunan mencekam di tengah ruangan seperti hantu yang baru saja bangkit dari kubur.

Sosok itu adalah seorang wanita tua mengenakan jubah hitam panjang. Rambut emasnya dibiarkan tergerai tanpa aturan di punggung. Bau busuk samar menyelimuti kehadirannya, seperti aroma kematian yang menyusup perlahan ke dalam paru-paru.

Siapa pun yang bertemu dengannya di jalan mungkin akan mengira dia hanyalah wanita tua gila pemungut kain bekas.

Namun kenyataannya, ketika telapak kakinya menyentuh lantai, ubin-ubin yang ia injak perlahan hancur menjadi debu tanpa suara. Tidak ada tekanan yang terlihat, tapi daya yang dipancarkan begitu besar hingga meremukkan segalanya.

Aura yang terpancar darinya membuat semua orang menggigil. Beberapa bahkan tak kuasa menahan tubuh mereka yang lemas dan setengah berlutut di tempat, seperti tengah menyembah entitas agung.

Kekuatan yang dia bawa begitu besar dan menakutkan. Tak tertandingi.

Para tamu dari Jepang yang berada di lokasi hanya bisa menatap dengan mata terbelalak.

Meski negeri mereka dikenal sebagai tempat kelahiran banyak master bela diri, tak satu pun dari mereka yang sebanding dengan makhluk di hadapan mereka ini.

Penampilan Lion King begitu memukau hingga membuat Ryuichi Furuta, pengawal khusus Naoto Takei, terlihat seperti pemula biasa.

Melihat kehadiran makhluk sehebat itu, para tamu Jepang langsung memutar pandang ke arah Harvey. Sorot mata mereka dipenuhi kekejaman dan kepuasan.

Dengan master sehebat itu di sisi mereka, Harvey tak punya pilihan selain tunduk. Dalam bayangan mereka, Harvey sudah berlutut, menampar wajahnya sendiri, memohon ampun.

Sementara itu, Lion King mengangkat kepala, membiarkan wajah tuanya yang dipenuhi kerutan terlihat jelas. Ia menyeringai, memperlihatkan barisan gigi kuning, dan menatap Harvey dengan tatapan kosong—tak ada ampun di balik matanya.

Dengan suara serak dan dingin, dia mengucap ancamannya, “Aku memberimu sepuluh detik. Selamatkan dia. Berlutut. Tampar dirimu sendiri.”

Namun, Harvey hanya menatapnya sambil tersenyum.

“Aku juga memberimu sepuluh detik,” Harvey menanggapi dengan tenang. “Berlututlah dan bersujud. Jika kamu melakukannya, aku mungkin akan membiarkanmu tetap hidup.”

Bab 2512

“Lancang!”

Wajah Lion King seketika menggelap. Dirinya adalah raja tanpa mahkota di Hong Kong dan Makau. Sosok yang tak pernah tersentuh oleh kekalahan.

Bahkan di hadapan keluarga-keluarga kelas atas, nama ‘Lion King’ masih lebih berbobot dibandingkan nama besar organisasi Hongxing.

Namun hari ini, seorang bocah ingusan, yang rambutnya saja belum tumbuh penuh, berani menodai kehormatannya?

Tak ingin membuang waktu dengan kata-kata, Lion King menghentakkan kakinya ke lantai. Dalam sekejap, tubuhnya melesat bagai kilat, langsung meluncur ke arah Harvey.

Tangannya yang kokoh menyambar tajam, hendak mencabik tenggorokan Harvey tanpa ampun.

Namun Harvey hanya menatapnya dengan sorot mata dingin, tak bergerak, seolah tak tergoyahkan.

Tepat ketika cakar maut Lion King nyaris menghantam tubuh Harvey, aura tajam seperti tebasan pedang menyambar dari samping.

Refleks Lion King bekerja dalam sekejap. Ia terkejut, tubuhnya berputar di udara tanpa rencana, dan tangan kanannya terangkat untuk menangkis serangan itu.

Baam!

Ledakan keras menggema di udara.

Gelombang kejut yang mengerikan menyebar ke segala arah, membuat rambut dan pakaian semua orang berdesir oleh hempasan angin. Beberapa dari mereka bahkan mundur dengan wajah pucat. Kengerian membayang di mata mereka.

Siapa yang menyangka, Edwin, pemuda yang selama ini dikenal sebagai playboy pemalas, memiliki kekuatan sebesar ini?

Tidak bisa disangkal, Batalion Pedang memang layak menyandang nama legendaris. Tempat itu telah membentuk prajurit-prajurit sejati, tanpa pandang bulu.

Sudah berapa tahun sejak pemuda gila dari Makau itu bergabung dengan Batalion Pedang? Kini, kemampuannya bukan sekadar isapan jempol.

Di tengah medan pertempuran yang tegang itu, Edwin mundur tiga langkah. Namun hanya sesaat, tubuhnya kembali maju, berdiri tegak di depan Harvey dengan pedang terhunus di tangan. Wajahnya dingin, penuh tekad.

Lion King melambaikan tangannya. Sarung tangan emas yang membalut kedua tangannya bergesekan, menimbulkan suara nyaring dan mengganggu.

Lalu, dengan sorot mata menyipit, dia menatap Harvey dan berkata penuh ejekan, “Hanya karena kamu punya seorang raja prajurit sebagai pengawal, kamu pikir kamu orang penting?”

“Setelah aku mencincang bocah tolol dari Keluarga Mendoza ini, aku akan kembali padamu dan menghancurkan tulangmu satu per satu.”

Jelas sekali, Lion King tak memandang Harvey sebagai ancaman. Ia yakin betul bahwa kesombongan Harvey hanya karena dilindungi Edwin.

Namun Harvey tetap tenang. Ia mengangkat secangkir teh, lalu menjawab dengan datar, “Kalau begitu, kita lihat saja.”

Mendengar itu, Lion King mendengus, tubuhnya kembali bergerak dan bertarung sengit dengan Edwin.

Sulit untuk tidak mengakui, master besar dari Hongxing ini memang luar biasa. Meski tubuhnya kurus dan tampak seperti Wanita gila berambut awut-awutan, namun setiap serangannya cepat, buas, dan tepat sasaran.

Setiap gerakannya membawa ketajaman yang seolah mampu membelah udara itu sendiri.

Edwin menyerang berkali-kali, namun semuanya ditangkis oleh Lion King dengan tangan kosong. Bahkan, Edwin sempat terkena beberapa pukulan, tubuhnya berlumuran darah.

Meski tak satu pun luka mengenai bagian vitalnya, tetap saja itu cukup mengguncang.

Carol dan para pengikutnya menyaksikan semua itu dari kejauhan. Wajah mereka memancarkan kepuasan. Dalam benak mereka, selama Edwin berhasil disingkirkan, Harvey bukan lagi masalah.

Namun Edwin tetap berdiri dengan ekspresi datar. Tidak ada gentar, tidak pula takut.

Saat itulah, Harvey berbicara perlahan namun tajam, “Saat kamu menyerang, yang ada hanya hidup atau mati.”

“Untuk apa repot-repot memikirkan kekurangan yang kamu miliki?”

“Kalau kamu takut mati, kamu akan mati lebih cepat.”

Mendengar kata-kata itu, tatapan Edwin berubah. Tak lama, ia kembali bergerak. Tapi kali ini, ia bertarung dengan seluruh keberaniannya.

Dia melupakan pertahanan, hanya fokus menjadikan setiap ayunan pedangnya lebih cepat, lebih kuat, dan lebih tajam.

Klang! Klang! Klang!

Deru logam beradu terus menggema di udara. Lion King tetap tenang, cakarnya menari, dan kedua belah pihak saling bertabrakan tanpa henti.

Percikan api beterbangan dari setiap benturan. Semua orang secara refleks mundur, takut terkena dampaknya.

Orang-orang dari Hongxing pun segera menyeret Naoto Takei dan korban luka lainnya menjauh, menghindari serangan yang sewaktu-waktu bisa membawa maut.

Di sisi lain, Carol berdiri dengan wajah tertutup, memberi aba-aba kepada para elit Hongxing untuk membuka pengaman senjata mereka dan mengarahkan moncong senjata ke arah Edwin.

Namun karena Lion King juga berada di arena, mereka tidak berani melepaskan tembakan sembarangan.


Semoga terhibur dengan cerita Novel Harvey York dan Mandy Zimmer (Ye Hao dan Zheng Man’er) Bab 2511 – 2512 gratis online.

Harvey York’s Rise to Power / The Supreme Harvey York / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Chapter bab 2511 – 2512.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*