Kebangkitan Harvey York Bab 2497 – 2498

Novel Rise to Power The Supreme Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bahasa Indonesia Lengkap.webp

Novel Kebangkitan Harvey York Bab 2497 – 2498 dalam bahasa Indonesia. Menyadur novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Agung Ye Hao“.

Harvey York’s Rise to Power Chapter / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 2497 – 2498.


Bab 2497

“Sayangnya, persoalanmu tidak termasuk dalam ruang lingkup perhatianku.”

Dengan tenang, Harvey menyesap tehnya sendiri, lalu menuangkan secangkir untuk Edwin.

“Aku hanya ingin tahu,” ucap Harvey pelan namun tajam, “bagaimana kamu bisa menjelaskan soal obat bius yang kamu berikan pada temanku.”

Lalu, tanpa basa-basi, nadanya menegang.

“Sudah siap untuk berlutut? Atau… sudah siap untuk mati?”

“Berlutut?”

“Mati?”

Carol tersenyum manis, nada bicaranya dibuat seolah menggoda, nyaris seperti gurauan yang tak tahu tempat. Tatapannya mengerucut, menyipit memeriksa Harvey, seolah-olah ia sedang bermain-main dengan seekor anak kucing. “Adik kecil, apa kamu salah paham?”

“Obat bius?”

Dia terkekeh ringan, lalu melanjutkan dengan nada yang terdengar lebih seperti ejekan yang dibalut kepongahan.

“Seharusnya keluargamu merasa sangat terhormat karena Tuan Muda Takeu menaruh hati pada wanitamu!”

Dia mendekat, menekankan tiap katanya seolah ingin menusukkan setiap suku kata ke dalam harga diri Harvey.

“Nenek moyang wanita itu sudah terkubur selama delapan belas generasi, paham?”

“Kamu seharusnya bersyukur. Berterima kasihlah pada Tuan Takei yang telah memberimu kehormatan untuk melayaninya. Bersujudlah dan ungkapkan rasa terima kasihmu. Tunjukkan ketulusanmu.”

“Itulah tindakan yang sepatutnya!”

“Daripada bertingkah seperti sekarang ini, tidak tahu diri dan buta akan hidup dan mati, mengerti?”

Selesai melontarkan kalimat panjang itu, Carol menyapu pandangannya ke sekeliling, lalu berbicara dengan tenang, seakan tak ada yang serius dalam percakapan mereka, “Ngomong-ngomong, di mana wanita itu?”

“Panggil dia ke sini. Setelah aku mematahkan tangan dan kakimu, dia akan melayani Tuan Takei tepat di hadapanmu.”

“Itu akan sangat… menyenangkan.”

Tatapan Harvey mengerucut, menajam pada sosok Naoto Takei yang tampak menunggu dengan penuh antusias.

Begitu mendengar bahwa wanita yang dimaksud adalah Zinnia, sikap dingin Naoto seketika menguap. Wajahnya yang semula tenang berubah—matanya menghangat, seolah baru saja menemukan permata yang hilang.

Lalu, tanpa malu-malu, dia mengeluarkan pil biru kecil dari sakunya dan langsung menelannya. Wajahnya tampak makin bergairah.

“Jadi, kamu belum membiarkan wanita itu pergi?”

Harvey menatap sekeliling, mencari-cari sosok yang dimaksud. Namun ketika tak menemukan hasil, dia memilih diam. Carol tersenyum makin dalam, ada nada sinis di balik senyum itu.

“Tak masalah. Setelah aku bereskan kamu, aku akan menyeretnya kembali.”

“Aku percaya kamu punya kemampuan.”

Harvey mendengus. “Carol, kenapa kamu tidak saja menyerahkan dirimu saja menjadi mainan bagi Naoto Takei?”

Suasana seketika berubah ketika sebuah suara dingin memecah keheningan dari luar ruangan.

“Kamu wanita tertua di Hongxing, tapi nyatanya tak lebih dari germo Jepang. kamu mempermalukan seluruh rakyat Daxia!”

Belum sempat siapa pun menanggapi, keributan terdengar dari arah pintu. Derap langkah terdengar, berat dan penuh tekanan.

Zinnia masuk, memimpin sekelompok orang. Di belakangnya berdiri pengurus rumah tangga Zummo dan segerombolan pengawal Keluarga Hamilton yang wajahnya tampak garang dan tak kenal kompromi.

Mereka berdiri menghadap pasukan Hongxing, formasi mereka menunjukkan siap bertempur kapan saja.

Naoto Takei menatap Zinnia dengan sorot mata membara. Seketika itu juga, sinar liar muncul di matanya.

“Sayang, teganya kamu meninggalkanku, ya…”

Plaak!

Zinnia melayangkan tamparan keras tanpa berkata sepatah kata pun.

“Bajingan!” teriaknya lantang.

Tamparan itu mendarat telak di pipi Naoto hingga ia terhuyung, kehilangan keseimbangan. Tapi alih-alih marah atau membalas, Naoto malah menyentuh pipinya sendiri, lalu menjilat telapak tangannya seperti orang kehilangan akal.

“Harumnya luar biasa… sungguh nikmat…”

“Pasti akan lebih nikmat saat kamu tidur,” gumam takei, setengah menyeringai sambil melirik Zinnia.

Carol menyipitkan matanya, memperhatikan Zinnia.

Begitu menyadari siapa yang berdiri di hadapannya, senyumannya perlahan memudar. Matanya membelalak, tidak percaya dengan kenyataan yang menatap balik kepadanya.

“Zinnia Hamilton?!”

“Benar,” jawab Zinnia dengan dingin. Suaranya penuh ketegasan dan kebencian yang telah lama ditahan.

“Wanita yang Naoto Takei inginkan… wanita yang ingin kamu, sebagai germo, umpankan… itu aku. Zinnia.”

Zinnia melangkah maju bersama anak buahnya, berdiri di sisi Harvey, lalu menatap Carol tanpa ragu.

“Sepertinya selama beberapa tahun terakhir, Hongxing mulai lupa bahwa kalian hanyalah seekor anjing peliharaan. Seekor anjing yang dibesarkan oleh keluarga-keluarga elite Hong Kong dan Macau!”

“Dan ketika seekor anjing mulai berani menggigit tuannya, maka satu-satunya jalan adalah… dihajar sampai jinak kembali.”

Bab 2498

Pada saat itu, Zummo pun melangkah maju dengan wajah datar, matanya menyipit menatap Carol, suaranya tenang namun mengandung tekanan.

“Nona Parker, Anda dan Hongxing sebaiknya memberi penjelasan kepada Keluarga Hamilton mengenai masalah ini.”

Dia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan nada dingin, “Atau… Keluarga Hamilton tidak akan ragu untuk memulai perang dengan Hongxing.”

Naoto Takei mendekat ke sisi Carol, lalu berbisik dengan nada penasaran, “Nona Parker, apakah wanita itu… begitu istimewa?”

Carol menoleh dengan senyum bermakna. “Istimewa?” ia mengulang perlahan. “Tentu saja dia istimewa! Dia berasal dari Keluarga Hamilton di Makau”

Putri dari Keluarga Hamilton…

Begitu identitas itu terungkap, alih-alih merasa gentar, mata Naoto Takei justru berbinar penuh semangat.

Seolah dia nyaris tak sabar menerkam Zinnia hidup-hidup, seakan rasa takut telah sirna dari dirinya.

Carol menanggapi situasi itu dengan tetap tenang. Ia menyipitkan mata, menatap Zummo dan Zinnia yang berdiri dengan sikap angkuh, lalu tersenyum tipis.

“Nona Hamiton dan Butler Zummo, ini sebenarnya hanya kesalahpahaman biasa.”

Nada bicaranya tenang, nyaris terdengar seperti sedang bercakap santai di ruang tamu, namun tiap katanya memiliki bobot.

“Tuan Muda Takei minum terlalu banyak tadi. Saat melihat Nona Hamilton yang cantik, dia hanya sempat memuji beberapa patah kata.”

“Sayangnya, orang-orang di bawah salah menangkap maksudnya.”

Ia berhenti sejenak, membiarkan semua orang mencerna penjelasannya, lalu melanjutkan dengan nada menyesal, “Saya tak menyangka kejadian akan berkembang sejauh ini. Sangat disayangkan.”

Namun, ekspresi iba itu sekejap berubah menjadi senyum diplomatis saat ia menambahkan, “Kame dan yang lain bahkan sampai mengalami cedera serius, pinggang patah, bisa dibilang itu sudah cukup sebagai pelajaran.”

“Aku akan meminta Tuan Muda Takei menyampaikan permintaan maaf secara langsung kepadamu.”

“Dan sebagai bentuk itikad baik, atas namanya, aku akan memberimu kompensasi satu juta.”

“Bagaimana kalau kita anggap masalah ini selesai sampai di sini saja?”

“Lagi pula, kita semua sama-sama berada di wilayah Hong Kong dan Makau. Cepat atau lambat, kita pasti akan berjumpa kembali.”

“Keluarga Hamilton tentu tak ingin menciptakan musuh tangguh tanpa alasan yang jelas, bukan?”

Kata-kata Carol terdengar ringan, tapi maknanya dalam. Senyum di wajahnya tetap mengembang, seolah tak terpengaruh tekanan situasi.

Di tempat seperti Makau, atau bahkan di kediaman para tokoh berpengaruh, keberadaan senjata bukanlah hal asing. Itulah sebabnya, seseorang seperti Carol tak bisa dianggap remeh.

Dia yakin, Keluarga Hamilton pasti cukup bijak untuk menanggapi langkah damai yang ia sodorkan.

Apalagi, meskipun Zinnia dikenal sebagai putri raja judi, kekuasaan penuh belum benar-benar berada di tangannya.

Sementara itu, Carol berada di posisi puncak dalam Hongxing. Bahkan Dennis, yang selama ini disegani, kerap berada di bawah tekanan darinya.

Ia percaya, keluarga Hamilton pasti menyadari hal ini… dan akan mempertimbangkannya secara rasional.

Di sisi lain, Naoto Takei berdiri dengan wajah datar, seolah semua ini bukan urusannya. Tatapannya masih menancap tajam pada Zinnia, tanpa usaha sedikit pun untuk menyembunyikan minatnya.

Sikap itu membuat Harvey mengernyit. Ia heran dengan keberanian Takei, yang tetap santai meski nama besar Keluarga Hamilton Makau telah disebut.

Dua kata itu bukan hanya sebutan biasa, melainkan peringatan yang sarat makna.

Hanya ada dua kemungkinan. Pria itu benar-benar tak waras, atau dia memiliki latar belakang yang sangat kuat.

Dan jelas, Naoto Takei bukan orang gila.

Harvey kemudian melirik ke arah sudut ruangan, tempat seorang lelaki tua berdiri dengan tenang dalam balutan kimono. Wajahnya tampak biasa saja, nyaris tak menarik perhatian. Namun, aura yang terpancar darinya tak bisa disembunyikan.

Ia memancarkan ketenangan yang sama seperti master Shinkage yang pernah ditugaskan melindungi Aki Kitagawa.

Tak diragukan lagi, pria itu adalah master Shinkage yang kini bertugas melindungi Naoto Takei.

Dengan isyarat halus, Harvey memberi tanda kepada Edwin untuk mengawasi pria tua itu dengan seksama.

Namun, tepat saat suasana nyaris mereda, suara dingin Zinnia kembali mengiris udara.

“Tak perlu meminta maaf. Aku dan keluarga tidak kekurangan uang!”

Nada suaranya tenang, namun mengandung tekanan tajam.

Sosok Zinnia yang sebelumnya tampak anggun kini berubah. Ia berdiri tegak, memancarkan wibawa seorang pewaris sah dari Keluarga Hamilton.

Menatap lurus ke arah Carol, ia berkata dengan tajam, “Kalau saja aku tidak cukup beruntung bertemu dengan Tuan York malam ini, mungkin aku sudah jadi korban pelecehan oleh penduduk pulau!”

“Dan itu, jelas-jelas sesuatu yang tak bisa kuterima begitu saja!”

Tatapannya menyapu ruangan, penuh keberanian.

“Singkatnya, aku akan melumpuhkan kelima anggota tubuh Naoto Takei!”

“Apakah kamu akan melakukannya sendiri, atau biarkan aku yang turun tangan?”

Pada titik ini, sisi keras kepala Zinnia kembali muncul. Ia tidak sedang main-main.

Namun, alih-alih merasa terganggu, Harvey justru menaruh respek.

Dalam hati ia berkata, Kalau sampai gentar hanya karena orang Jepang, maka selama ini keluarga Hamilton hidup dalam kesia-siaan.


Semoga terhibur dengan cerita Novel Harvey York dan Mandy Zimmer (Ye Hao dan Zheng Man’er) Bab 2497 – 2498 gratis online.

Harvey York’s Rise to Power / The Supreme Harvey York / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Chapter bab 2497 – 2498.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*