
Novel Kebangkitan Harvey York Bab 2455 – 2456 dalam bahasa Indonesia. Menyadur novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Agung Ye Hao“.
Harvey York’s Rise to Power Chapter / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 2455 – 2456.
Bab 2455
“Tuan York, jangan terlalu sombong. Biar aku beri tahu kamu…”
“Jika ibuku…”
Belum sempat Zinnia menuntaskan ucapannya, ponselnya tiba-tiba bergetar. Refleks, ia langsung mengangkatnya, tak menyadari bahwa satu detik berikutnya akan mengubah seluruh atmosfer ruangan.
Benar saja! begitu sambungan telepon berakhir, wajah Zinnia sontak berubah drastis. Tangisnya pecah seketika, seolah semua kesombongan dan keberaniannya runtuh dalam satu tarikan napas.
“Ada apa?” tanya Scarlett cepat, wajahnya menegang, pupil matanya menyempit penuh kewaspadaan.
Polly tidak boleh mati.
Jika perempuan itu meninggal, maka seluruh rencana Vince akan berantakan.
Dirinya dititahkan oleh Vince untuk mempertaruhkan segalanya. Sebab janji sang tuan muda dari Keluarga York sepenuhnya bergantung pada kelangsungan hidup Polly.
Dan karena itu, pada detik ini, Scarlett bahkan lebih panik dari Zinnia sendiri.
“Dokter menelepon… katanya kondisi ibu saya kritis… mereka minta saya bersiap…”
“Apa yang harus saya lakukan? Apa yang harus saya lakukan?” suara Zinnia gemetar, tangisnya semakin dalam.
Kesombongan yang tadi menyelimuti dirinya lenyap tak bersisa. Yang tertinggal hanya ketakutan seorang anak yang akan kehilangan ibunya.
“Ibu saya sekarat! Dia benar-benar sekarat!”
“Aku tidak akan punya ibu lagi…!” teriaknya dengan isak yang tak mampu dibendung.
“Wuwuwu…”
Baam!
Seketika, wajah Scarlett berubah pucat. Dalam satu gerakan, dia menggertakkan giginya dan berlutut tanpa ragu.
Adegan itu membuat Zinnia, Levi, dan semua orang yang hadir terkejut bukan main. Wajah-wajah mereka membeku dalam ekspresi tak percaya.
Siapa Scarlett?
Ia adalah sosok berpengaruh dari Kuil Tao Wumei.
Tapi kini, dia berlutut? Di hadapan Harvey York?
Namun Scarlett tak peduli pada pandangan mereka. Dalam benaknya hanya satu hal, rencana Vince harus berjalan sesuai kehendak.
Ia menatap Harvey dengan wajah menahan rasa malu yang menusuk harga dirinya, lalu berkata lirih namun tegas, “Tuan York, bisakah Anda pergi sekarang dan menyelamatkan dia?”
Harvey menyunggingkan senyum tipis, lalu menjawab dengan tenang, “Saya sudah bilang, satu nyawa… tiga kowtow.”
Seluruh tubuh Scarlett bergetar hebat. Tapi karena telah terlanjur berlutut, kini ia hanya bisa menggertakkan gigi dan merendahkan tubuh bangsawannya yang selama ini menjulang tinggi.
Deng, deng, deng…!
Suara keningnya menyentuh lantai tiga kali berturut-turut, nyaring dan tanpa ragu. Semua orang tahu itu bukan sekadar gerakan. Itu adalah bentuk penghinaan yang ditelan demi tujuan besar.
Zinnia masih terisak, menatap Harvey dengan wajah penuh harap, “Tuan York, kamu sudah memaksa kakak saya berlutut dan bersujud… Sekarang, tolong selamatkan ibuku!”
Tanpa berkata sepatah pun, Harvey mengangkat bahu santai lalu berbalik dan melangkah masuk ke aula tempat para dokter sedang berjibaku menyelamatkan Polly.
Ruangan itu kacau. Para dokter di bagian belakang sudah hampir kehilangan harapan. Mereka berusaha sekuat tenaga, namun wajah-wajah mereka dipenuhi keputusasaan.
Meski tubuh Polly tampak lemah dan nyaris kehilangan kesadaran, kekuatan gelap di dalam dirinya masih bergolak, membuatnya terus berjuang dalam diam.
Sementara itu, sosok-sosok yang sebelumnya tampak begitu hebat dan penuh percaya diri, seperti Jonn dan kawan-kawannya, entah ke mana menghilang. Tak satu pun terlihat di sekitar ruangan.
Dengan langkah tenang, Harvey mendekat. Ia mengangkat tangannya, lalu melukai ujung jarinya secara perlahan. Setetes darah segar ia teteskan tepat di tengah alis Polly.
Sesaat kemudian, tubuh Polly yang tadi bergetar hebat mendadak tenang. Wajahnya yang semula diselimuti energi gelap kini tampak cerah kembali.
Seluruh indikator pada alat medis yang terhubung padanya berangsur normal.
Sorak sorai kecil meletup dari para dokter. Mereka kembali bekerja, kali ini dengan harapan baru.
Sebelum pergi, Harvey memberi perintah singkat. Tetesan darah di kening Polly tidak boleh dibersihkan dalam tiga hari ke depan.
Ia lalu berbalik, bersiap meninggalkan ruangan.
Dari kejauhan, Scarlett menatapnya dengan pandangan campur aduk Antara kekaguman, keterkejutan, dan amarah yang membara dalam diam.
Ia tak pernah menyangka bahwa Harvey mampu menyelesaikan sesuatu yang gagal ditangani oleh Jonn, bahkan hanya dengan satu tindakan sederhana.
Bahkan Scarlett, tokoh penting dari Kuil Tao Wumei, kini merasa bimbang. Apakah pria ini benar-benar tao kecil yang dibicarakan para dokter dan perawat?
Begitu hebatkah dia?
Namun ketika pikirannya kembali ke momen ia bersujud di lantai, emosi yang tertahan kembali menggelegak. Ia mengepalkan tangan dan menggertakkan gigi.
Kalau bukan karena rencana besar Vince, tidak mungkin dirinya beredia menelan harga diri seperti ini!
Dia harus menemukan cara. Suatu hari nanti, harus membuat pria itu berlutut di hadapanna!
Dalam hati, Scarlett bersumpah. Tak peduli apapun yang terjadi, dia tidak akan pernah lagi membiarkan dirinya berlutut di hadapan Harvey York.
Namun sebelum sempat melangkah, suara panik terdengar dari luar.
“Gawat! Tuan muda tertua, tuan muda ketiga, tuan muda keempat… dan para istri mereka… semuanya dalam kondisi kritis!”
Bab 2456
“Selamatkan mereka! Cepat cari cara untuk menyelamatkan mereka!”
Teriakan panik menggema di ruangan. Beberapa staf medis yang baru saja menerobos masuk lewat pintu tampak terengah, wajah mereka dipenuhi kepanikan dan kecemasan mendalam.
Mereka semua serempak menoleh ke arah Harvey. Tak ada yang berani bicara. Jelas dari sorot mata mereka, hanya Harvey yang mampu menyelamatkan situasi ini.
Dengan tenang, Harvey menyeka noda darah yang menempel di sela-sela jarinya menggunakan tisu. Tatapannya jatuh pada Scarlett. Sebuah senyum tipis terbit di wajahnya, sebelum ia bersuara pelan namun tajam, “Berapa kali lagi kamu akan bersujud?”
Scarlett menggigit bibirnya. Wajahnya pucat, tetapi ia tetap berlutut di hadapan Harvey. Gengsi dan harga diri telah ia singkirkan jauh-jauh.
Generasi kedua keluarga Hamilton sekaligus keluarga mereka sangat krusial dalam rencana Vince. Tidak satu pun dari mereka boleh jatuh ke dalam masalah. Maka demi menjaga kepentingan Vince, ia menelan semua penghinaan. Segera bersimpuh dan bersujud tanpa ragu.
Harvey tidak mengecewakan. Ia menepati janjinya. Setelah Scarlett menyelesaikan ritual penghormatannya, ia pun turun tangan.
Bukan hanya menyelamatkan keluarga inti Hamilton, tetapi juga para pelayan dan pengawal mereka. Semua orang ia bebaskan dari bersujud dan memohon.
Tentu saja, para pelayan dan pengawal tidak perlu melakukan hal yang sama seperti Scarlett. Dalam pandangan Harvey, semua itu hanya soal beberapa tetes darah, hal remeh baginya.
Setelah memastikan seluruh anggota keluarga Hamilton berada dalam kondisi stabil, barulah Harvey berbalik meninggalkan aula.
Namun, saat ia hendak melangkahkan kaki menuju kuil leluhur Keluarga Hamilton, langkahnya terhenti. Seorang wanita dalam balutan busana profesional muncul dan mendekatinya dengan langkah anggun.
Raut wajahnya penuh penghormatan saat ia bersuara, “Tuan York, Tuan Surrey Ada menemuinya.”
Perempuan itu berdandan rapi dengan make-up yang nyaris sempurna. Wajah cantiknya menampilkan senyum manis, dan suaranya bahkan lebih lembut daripada ucapan Levi yang biasanya penuh hormat.
Dengan nada memohon, ia melanjutkan, “Guru Jonn Surrey ingin menyampaikan permintaan maafnya, sekaligus menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya.”
“Saya harap Anda bersedia meluangkan sedikit waktu, Tuan York. Hormatilah permintaan Master Surrey.”
Harvey menatap wanita itu sejenak, lalu mengangguk pelan. “Baiklah. Tunjukkan jalannya.”
Ia memang sudah menduga sebelumnya bahwa Jonn akan mencarinya. Rasa penasarannya pun tak bisa dibendung. Bagaimanapun juga, Jonn dikenal sebagai ahli Feng Shui nomor satu di Hong Kong. Harvey ingin melihat seperti apa pendekatan pria itu.
Wanita itu tersenyum lembut, kemudian berbalik dan mempersilakan Harvey mengikutinya menuju ruang kerja.
Ruang itu seharusnya merupakan ruang kerja Fabian. Luasnya hampir seratus meter persegi, dan seluruh ruangan didekorasi dengan kemewahan bernuansa klasik.
Meja dan kursi dari kayu Huanghuali asal Hainan, rak-rak penuh ukiran kayu gaharu, hingga koleksi perunggu kuno memenuhi ruangan. Setiap sudut memancarkan aroma estetika yang khas dan cita rasa keilmuan yang dalam.
Dengan ringan, Harvey mendorong pintu dan melangkah masuk.
Di sana, di depan jendela besar yang menjulang dari lantai hingga langit-langit, berdiri seorang pria berwibawa. Ia mengenakan setelan Tang berwarna tenang, sepasang kacamata berbingkai emas bertengger anggun di wajahnya, dan di tangannya tergenggam cangkir teh putih Fuding yang mengepulkan uap harum.
Penampilannya memancarkan keanggunan yang tak dibuat-buat, juga aura otoritas yang mengakar.
Wanita yang mengantar Harvey membungkuk sedikit dan berkata pelan, “Tuan Surrey, Tuan York sudah tiba.”
Jonn perlahan berbalik. Pandangannya tajam namun tenang, menatap Harvey seakan hendak menembus lapisan pikirannya. Dengan suara dalam dan stabil, ia membuka percakapan, “Teman York, kamu sungguh luar biasa.”
Harvey membalasnya dengan senyum tipis. “Tuan Surrey, Anda terlalu memuji.”
“Meneteskan darah untuk meredam roh jahat… Saya sangat penasaran! Dari mana datangnya kemampuan seperti itu?”
“Jika Anda berkenan, bisakah Anda menjelaskannya kepadaku?”
Jonn tersenyum, lalu memberi isyarat agar Harvey duduk di sofa empuk di dekatnya.
Sementara itu, wanita pendamping tadi dengan sigap menyeduhkan secangkir kopi hangat untuk Harvey, lalu dengan anggun menyingkir ke sudut ruangan, memberikan ruang bagi kedua pria itu untuk berbincang.
Dengan nada ringan, Harvey menanggapi, “Saya tak tahu banyak soal Feng Shui, Tuan Surre. Yang saya lakukan hanyalah kebetulan semata. Anda tak perlu terlalu memujinya.”
“Kebetulan, katamu?” Jonn terkekeh pelan, suara tawanya tenang namun penuh makna. “Jarang sekali ada anak muda sepertimu—rendah hati, tapi memiliki kemampuan sejati.”
Harvey hanya tersenyum tipis tanpa menanggapi lebih lanjut. Pujian sebesar itu dari ahli Feng Shui paling berpengaruh di Hong Kong sama sekali tak mengubah ekspresi wajahnya. Ia tetap tenang, seakan pujian tersebut hanya angin lalu.
Semoga terhibur dengan cerita Novel Harvey York dan Mandy Zimmer (Ye Hao dan Zheng Man’er) Bab 2455 – 2456 gratis online.
Harvey York’s Rise to Power / The Supreme Harvey York / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Chapter bab 2455 – 2456.
Leave a Reply