Kebangkitan Harvey York Bab 2437 – 2438

Novel Rise to Power The Supreme Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bahasa Indonesia Lengkap.webp

Novel Kebangkitan Harvey York Bab 2437 – 2438 dalam bahasa Indonesia. Menyadur novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Agung Ye Hao“.

Harvey York’s Rise to Power Chapter / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Bab 2437 – 2438.


Bab 2437

Kitagawa mencibir dengan angkuh, suaranya tajam seperti pisau, “Memangnya kenapa kalau aku menindasmu?”

“Kalau saja itu mantan pemimpin cabang Istana Naga Macau-Hong Kong, aku mungkin masih bersedia memberi sedikit muka.”

“Tapi pemimpin Istana Naga Macau-Hong Kong yang sekarang? Dia bahkan tak layak berdiri sejajar denganku!”

“Jangan pernah bicara soal kesetaraan denganku. Kamu tak punya hak sedikit pun untuk berbicara, bahkan jika kamu berlutut memohon di hadapanku. Mengerti?”

Wajah Yoana mengeras. Tatapannya berubah dingin seperti es di puncak musim dingin. Ia maju satu langkah, tangannya terulur, bersiap menarik senjata.

Namun Harvey dengan cepat menahannya. Dengan isyarat tenang, ia meminta Yoana mundur. Lalu, ia melangkah maju menghadapi Aki Kitagawa. Tatapannya datar, nyaris dingin, seolah tak terpengaruh oleh kesombongan lawan di hadapannya.

Ia menyapu Kitagawa dari ujung kepala hingga kaki dan berkata tenang, “Orang dari negeri pulau, berani-beraninya bertingkah sombong di tanah Daxia kami?”

Sejujurnya, Harvey enggan turun tangan. Tapi Shinkage, salah satu dari enam aliran utama di negeri kepulauan, berdiri di belakang Kitagawa. Melihat situasi Keluarga Mendoza, mereka tidak akan sanggup menghadapi.

Karena itu, Harvey sadar, ia tak bisa menyerahkan ini pada orang lain. Masalah ini harus ia selesaikan sendiri.

Kitagawa mengamati Harvey dengan mata mengejek. Melihat penampilan Harvey yang kurus dan pucat, senyum sinisnya mengembang.

“Apa ini? Nona Mendoza tidak sanggup menghadapiku, jadi mengutus pria cantik sebagai pion untuk cari masalah?”

“Aku memang sombong. Aku memang dominan. Hebat, bukan?” Kitagawa mendengus. “Kalau kamu tidak suka, sentuh aku!”

“Hari ini aku akan memberimu sedikit keberanian. Aku ingin tahu, apakah kamu, pria cantik, berani menyentuhku?”

Dengan penuh tantangan, Kitagawa berdiri. Ia mencondongkan tubuh, hampir bersentuhan langsung dengan Harvey. Lalu, dengan gerakan sangat provokatif, ia mengembuskan asap rokok tepat ke wajah Harvey.

Harvey menyipitkan mata, sedikit meringis, lalu menutupi wajahnya dan mundur setapak. Suaranya tenang tapi penuh sindiran.

“Tuan Kitagawa, pernahkah seseorang memberi tahu Anda…?”

“Bau mulut Anda busuk!”

“Anda…”

“Dan kamu benar-benar jalang. Kamu benar-benar meminta seseorang untuk menyentuhmu.”

“Kalau aku tidak menuruti permintaanmu, aku akan merasa bersalah!”

Kitagawa menatap Harvey, matanya menyipit, lalu tertawa sumbang. “Sejak kapan pemuda cantik sepertimu punya nyali menantangku, Aki Kitagawa?”

Ia menoleh pada seseorang di belakang. “Penatua Kinoshita, lakukan sesuatu!”

“Patahkan tangan dan kakinya. Aku ingin tahu bagaimana dia bisa tetap menjadi gigolo setelah itu!”

Nada Kitagawa tetap sama—dingin, dominan, penuh arogansi. Sorot matanya tajam, niatnya jelas: melumpuhkan Harvey untuk menunjukkan dominasi dan menaklukkan Yoana tanpa perlawanan.

Para lelaki dan perempuan dari negeri kepulauan lain memandang Harvey dengan tatapan meremehkan, seolah hanya menunggu kapan pemuda rupawan itu akan dilumat oleh kekuasaan.

Latar belakang Kitagawa, kekuatan, pengaruh, dan statusnya, semuanya mengintimidasi.

Jangankan pria cantik seperti Harvey, bahkan Yoana pun dipaksa untuk berhati-hati di hadapannya.

Anak muda seperti Harvey, masih saja berani pamer kekuatan? Ini sama saja dengan mencari celaka.

Begitu perintah keluar, seorang pria kurus, Penatua Shinkage, melangkah maju. Wajahnya datar tanpa emosi. Sorot matanya dingin seperti logam yang baru keluar dari penempaan.

Dengan nada datar, ia berkata, “Pemuda Daxia, ingat baik-baik. Orang yang akan mematahkan tangan dan kakimu hari ini bernama Kinoshita!”

Kinoshita bukanlah orang banyak bicara. Karismanya sunyi namun mengancam. Sepasang matanya yang menyipit memancarkan kilatan mematikan, membuat siapa pun tahu bahwa ia bukan orang yang bisa dianggap remeh.

Namun Harvey hanya menanggapi dengan senyum tipis. “Dan kamu juga ingat baik-baik! Namaku Harvey York.”

Sejenak, Kinoshita tampak ragu. Nama itu terdengar tidak asing, seolah-olah pernah ia dengar di suatu tempat. Namun pikirannya buntu, tak bisa mengingat pasti. Langkahnya terhenti sejenak.

“Harvey York?!” Kitagawa menyela dengan tatapan sinis.

“Kamu pikir nama belakangmu York dan kamu berasal dari Klan York Macau-Hong Kong?”

“Saya belum pernah dengar orang seperti kamu berasal dari Keluarga York!”

Setelah Harvey menyebutkan namanya, Kitagawa mengangkat alis. Ia menjentikkan abu rokok dari jarinya dan mendesis dengan nada penuh cemooh.

“Wah, keren sekali ya?”

“Jangankan kamu dari Klan York Macau-Hong Kong. Sekalipun kamu memang dari sana, itu tetap tak ada artinya di hadapanku, Aki Kitagawa!”

Bab 2438

“Sudahlah, hentikan ocehan tak berguna itu! Ttangkap dia sekarang juga!”

Kitagawa berdiri dengan aura angkuh dan dominan, sorot matanya meremehkan Harvey seolah dia bukan siapa-siapa. Tak sedikit pun ia menganggap Harvey sebagai ancaman yang layak diperhitungkan.

Kinoshita tak buang-buang waktu untuk bicara. Tatapannya menyipit tajam, dan dalam sekejap, telapak tangannya terayun deras, menyasar langsung ke pergelangan tangan Harvey.

Gerakannya cepat dan terukur, jelas-jelas berniat menghabisi Harvey dalam satu serangan.

PLaak!

Namun, Harvey tak hanya menghindar. Ia justru menyambut lebih dulu—dan menampar balik.

Tak ada ilmu bela diri di dunia ini yang tak bisa ditaklukkan oleh satu hal: kecepatan.

Terdengar suara tamparan yang keras, dan seketika mata Kinoshita berkunang-kunang. Wajahnya seolah terbakar perih, tubuhnya terpental hebat akibat kekuatan yang tak dia duga.

Baam!

Tubuhnya menghantam keras ke sudut tembok, dan wajahnya tampak terkilir.

Bagaimana mungkin…?!

Aki Kitagawa dan para pengikutnya hanya bisa terpana.

Penatua Kinoshita adalah guru besar aliran Shinkage. Mmeski belum mencapai tataran Dewa Perang, ia adalah salah satu tokoh militer paling tangguh yang dimiliki generasinya.

Dan kini, tokoh kaliber seperti itu bisa ditampar begitu saja?

Kekuatan macam apa ini…?!

Ketika Kitagawa terdiam, dilanda keterkejutan, Kinoshita berusaha bangkit sambil bertumpu pada dinding. Seluruh tubuhnya gemetar hebat.

Tingkat Dewa Perang…!

Seorang master sejati bisa mengenali kekuatan lawan hanya dari satu gerakan.

Sebagai prajurit veteran yang telah bertahun-tahun berada di puncak hierarki, Kinoshita tahu pasti. Dari gerakan Harvey yang begitu ringan namun mematikan, ia sedang berhadapan dengan seorang ahli di level Dewa Perang.

Dan terhadap kekuatan di level itu, Kinoshita tak mampu menyembunyikan perasaan takut, iri, cemburu, sekaligus benci yang membuncah di dadanya.

Sebab selama ini ia terjebak di puncak kekuatan prajurit raja, tanpa bisa menembus ke tingkat berikutnya.

Kini, melihat seseorang yang begitu muda telah mencapai Dewa Perang, rasa gentar yang murni dan naluriah menggerogoti batinnya.

Lebih dari itu, memiliki kekuatan Dewa Perang di usia muda jelas menunjukkan satu hal. Di mana pun orang ini berada, ia bukan orang biasa. Statusnya pasti tinggi, dan pengaruhnya tak kecil.

Apalagi, cukup menyebut ‘Dewa Perang’ saja, itu sudah cukup untuk membungkam seluruh arena.

Namun Aki Kitagawa tampaknya tak menyadari sepenuhnya. Wajahnya menggelap, dan ia berteriak dengan nada penuh amarah, “Kinoshita, apa yang kamu lakukan?!”

“Guru menyuruhmu mengawalku, bukan bermain sulap di depanku!”

“Aku menyuruhmu melindungiku!”

“Cepat bunuh dia!”

“Kesabaranku ada batasnya!”

PLaak!

Tak sempat Kinoshita membuka suara, Harvey sudah melangkah ke depan dan kembali menampar wajahnya.

“Ayo serang aku!”

PLaak!

“Penatua Shinkage!”

PLaak!

“Bukankah Shinkage kalian adalah salah satu dari enam aliran besar di negeri kepulauan?”

PLaak!

“Bukankah pemimpin sektemu dijuluki Pedang Suci?”

PLaak!

“Bukankah kamu dikenal kuat?”

PLaak!

“Kenapa kamu diam saja dan tidak menyerangku, seperti yang diperintahkan tuanmu?”

PLaak!

“Ayo, serang aku!”

Dengan tiap kata yang meluncur, Harvey menamparnya tanpa ampun. Wajah Kinoshita lebam, hidungnya pecah, darah mengalir dari sudut bibirnya, tubuhnya gemetar menahan sakit yang tak terperi.

Andai tak ada saksi yang melihat peristiwa ini langsung, orang-orang bisa saja mengira Harvey sedang menyiksa seorang lelaki tua tak berdaya.

Namun Kinoshita tetap berdiri di tempatnya. Tak hanya tak melawan, bahkan raut wajahnya nyaris tanpa amarah. Tak ada sedikit pun perlawanan yang bisa ia tunjukkan.

Ia tahu betul, jika Harvey yang berada di depannya menggunakan kekuatan penuhnya, nyawanya sudah lenyap dalam satu gerakan.

Bahkan seekor semut pun akan berusaha hidup. Maka, siapa yang tak takut mati dalam situasi seperti ini?

“Ayo serang aku!”

“Kamu sudah diberi kesempatan, tapi kamu diam saja. Apa kamu pantas menyebut dirimu murid Kitagawa?”

“Kalian dari kelompok Shinkage dan klan Kitagawa selalu merasa hebat, begitu angkuh, bahkan penjudi kelas bawah di Hong Kong pun menertawakan kalian!”

“Katanya kamu akan mematahkan tanganku, kakiku…”

“Lalu mengapa kamu belum melakukannya?”

Harvey tak memberi ampun pada master Shinkage negeri kepulauan itu. Ia terus menghajar Kinoshita yang datang ke Daxia hanya untuk membuat onar.

Tamparan demi tamparan menghujani wajah sang penatua, hingga Kinoshita nyaris kehilangan kesadarannya…


Semoga terhibur dengan cerita Novel Harvey York dan Mandy Zimmer (Ye Hao dan Zheng Man’er) Bab 2437 – 2438 gratis online.

Harvey York’s Rise to Power / The Supreme Harvey York / Kekuatan Harvey York untuk Bangkit Chapter bab 2437 – 2438.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*