
Novel Charlie Wade Bab 7153 – 7154 dalam bahasa Indonesia. Diterjemahkan dari novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Naga Tertinggi Ye Chen – Xiao Churan”. Semoga bisa menikmati kisah / ceritanya yang semakin seru.
The Amazing Son-in-Law / The Charismatic Charlie Wade (Ye Chen) Chapter Bab 7153 – 7154.
Bab 7153
Orang-orang yang larut dalam pesta di Seaview Bar sama sekali tak menyadari bahwa bencana tengah mendekat perlahan.
Korban pertama adalah para penjaga keamanan pulau yang berjaga di sekitar dermaga.
Di Maladewa, sebuah negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau mandiri dan umumnya dikunjungi oleh para wisatawan kelas atas, persoalan keamanan hampir tidak pernah menjadi sorotan.
Para penjaga pun cenderung lengah, bersantai tanpa membawa senjata.
Ketika sekelompok pria berseragam hitam menginjakkan kaki di pulau itu, para penjaga yang tak curiga langsung menjadi sasaran tembakan senapan serbu berperedam.
Belum sempat menyadari bahaya yang mengintai, tubuh mereka telah tergeletak tak bernyawa.
Dengan gerakan yang terlatih dan sistematis, para pria berseragam hitam itu segera membentuk formasi bak pasukan profesional.
Mereka membagi diri menjadi tiga tim: satu menyisir sisi kiri dermaga, satu di kanan, dan sisanya menjaga pusat.
Saat itu, sebagian besar penghuni pulau tengah menikmati waktu di dalam bar.
Di gedung administrasi, beberapa staf masih berjaga, sementara yang lainnya tengah menikmati waktu istirahat. Tak satu pun dari mereka menyadari ancaman yang tengah menjalar dari luar.
Di luar Seaview Bar, sekitar selusin pengawal berjaga. Setengah dari mereka adalah orang-orang kepercayaan Bernard Arnault, sementara sisanya bekerja untuk Tawanna.
Sebagian dari para pengawal itu adalah praktisi bela diri, lainnya adalah mantan tentara bayaran yang berpengalaman.
Namun, mereka memiliki satu kesamaan yang mencolok—sudah terlalu lama tidak menyentuh medan tempur yang sesungguhnya.
Kaum kaya biasanya memiliki sistem keamanan berlapis, dan para pengawal sering menjadi barisan terakhir yang akan digerakkan bila situasi memburuk.
Akibatnya, para penjaga ini terbiasa hidup nyaman, makan dan minum bersama para tamu kaya, larut dalam kemewahan, hingga refleks serta naluri tempur mereka perlahan tumpul.
Karena itu, saat itu, tak satu pun dari mereka menyadari bahwa bahaya telah begitu dekat.
Dalam permainan kelas tinggi, kesempatan yang dimiliki musuh kadang hanya sepersekian detik. Jika kamu mampu merebutnya, masih ada peluang untuk selamat. Tapi jika tidak, yang menanti hanyalah kematian.
Sementara para pengawal itu masih asyik bercanda dan tertawa, para pria berseragam hitam mendekat pelan, namun pasti—hingga akhirnya mereka masuk dalam jangkauan efektif senapan serbu.
Saat posisi mereka telah ideal, tim utama yang berada di tengah menghentikan langkahnya. Namun, tim dari sisi kiri dan kanan terus merayap maju, mengepung secara diam-diam.
Dan pada momen yang telah ditentukan, tembakan serempak pun pecah dari kedua sisi!
Mereka memilih menembak dari samping untuk menghindari risiko peluru menembus jendela kaca bar.
Jika jendela pecah, kepanikan di dalam tak dapat dihindari, dan rencana bisa berantakan.
Namun, tembakan dari kedua sisi menyapu bersih para pengawal tanpa menyisakan celah.
Dalam sekejap, tubuh-tubuh itu tumbang bersimbah darah, namun orang-orang di dalam bar masih belum menyadari satu hal pun.
Sementara itu, Charlie tidak langsung menuju bar. Ia memanfaatkan pengetahuan yang pernah diajarkan Hugo tentang sistem komunikasi.
Dengan energi spiritualnya, ia memutus aliran listrik ke menara sinyal di pulau.
Sebagai negara kepulauan, Maladewa memiliki sistem mandiri untuk masing-masing pulau.
Listrik dipasok oleh gabungan pembangkit diesel dan panel surya, lengkap dengan baterai penyimpanan energi. Tak ada kabel panjang dari ibu kota.
Demikian pula dengan pasokan air tawar. Seluruh kebutuhan air bergantung pada teknologi desalinasi air laut.
Bahkan ibu kota Malé pun tak sanggup mengirim pasokan air dan listrik ke pulau-pulau lainnya.
Untuk komunikasi, pulau-pulau eksklusif seperti Cheval Blanc Randheli memiliki stasiun pangkalan satelit sendiri, memberikan sinyal internet dan komunikasi bagi seluruh kawasan.
Maka, cara paling efisien untuk memutus hubungan sebuah pulau dengan dunia luar adalah dengan menonaktifkan stasiun pangkalannya.
Bab 7154
Berbeda dengan pria-pria berseragam hitam yang berniat menimbulkan kekacauan besar, Charlie justru cemas akan dampaknya.
Jika benar terjadi kerusuhan berskala besar, pemerintah setempat pasti akan turun tangan, dan insiden ini bisa menggema ke ranah internasional.
Bila sampai ke titik itu, baik dirinya maupun keluarganya tidak akan memiliki ruang untuk menyelamatkan diri.
Bahkan jika berhasil lolos, otoritas pasti akan menelusuri data pergerakan orang di pulau.
Apalagi jika ada warga asing yang hilang, maka laporan ke kedutaan adalah hal yang pasti, dan situasi bisa memburuk drastis.
Itulah sebabnya Charlie harus memastikan satu hal terlebih dahulu—tidak boleh ada satu pun informasi yang bocor keluar dari pulau ini.
Begitu yakin bahwa tak ada sinyal operator atau jaringan WiFi yang tersisa, Charlie segera melesat menuju bar.
Sementara itu, para pria berseragam hitam yang telah membereskan pengawal di luar bar langsung bergerak sesuai rencana.
Pemimpinnya berseru dingin, “Ambil alih bar sesuai rencana! Tim 4, ikut aku masuk!”
Kapten Tim 4 lantas bertanya, “Bos, apakah kami boleh menembak secara acak begitu masuk ke dalam?”
“Tentu saja tidak!” Pemimpin itu membentak dengan suara tajam.
“Ada tamu-tamu penting malam ini, termasuk penyanyi favoritku, Tawanna Sweet. Kalau kalian membantai semua orang, itu akan jadi kerugian yang tak terhitung!”
Senyumnya berubah menjadi licik saat berkata, “Malam ini, kita bisa menembak empat burung dengan satu batu. Tapi, kita harus pandai mengatur tempo dan suasana.”
“Begitu masuk, kendalikan semua orang secepat mungkin!”
“Kalau ada yang berani melawan dan mengancam nyawa kalian, baru tembak!”
“Tapi selain itu, tidak ada satu pun dari kalian yang boleh melepaskan tembakan tanpa perintah dariku. Jelas?!”
“Jelas!” jawab mereka serempak.
Sementara itu, di dalam bar, Tawanna baru saja menyelesaikan lagu terakhirnya.
Suasana di dalam sangat meriah. Para tamu larut dalam anggur dan musik. Banyak yang berdansa sambil menggenggam gelas di tangan.
Bahkan Jacob dan Elaine terlihat bergembira, sempat berdansa bersama beberapa tamu asing.
Tawanna tahu bahwa penampilan mendadaknya malam itu telah menjadi perbincangan hangat di internet. Ia yakin Charlie menyaksikan semuanya, dan hal itu membuat hatinya berbunga-bunga.
Apalagi Bernard Arnault yang merasa puas dengan performa gratis itu, sebab efeknya secara tidak langsung telah meningkatkan popularitas White Horse Hotel secara signifikan.
Namun tepat saat semua orang tengah hanyut dalam malam yang begitu sempurna, seseorang mendadak berteriak,
“Eh, kenapa jaringannya hilang?! Aku sedang siaran langsung! Ada lebih dari seratus ribu penonton yang menyaksikan!”
“Benar! Bahkan jaringan WiFi pun lenyap! Sinyal operator juga hilang!” seru yang lain, panik.
Bernard Arnault segera menyadari kekacauan itu. Ia mengangkat ponselnya dan melihat bahwa benar-benar tidak ada sinyal.
Dengan nada geram, ia menoleh pada manajer umum Cheval Blanc Randheli di sebelahnya dan membentak,
“Apa yang terjadi? Kenapa jaringannya tiba-tiba mati?! Kamu tahu berapa banyak orang yang sedang menonton siaran langsung ini?!”
Manajer itu langsung berkeringat dingin, lalu menjawab gugup, “Tuan Arnault, mohon beri saya waktu.”
“Saya akan segera memeriksa! Mungkin ada gangguan pada peralatannya. Tim teknik akan saya kerahkan secepatnya!”
Arnault mendengus, “Cepat perbaiki! Kalau ini berlarut-larut, kamu boleh kemasi barangmu!”
Manajer itu mengangguk panik dan bergegas menuju pintu. Namun, saat baru hendak keluar, sekelompok pria berseragam hitam menerobos masuk!
Tanpa ragu, sang pemimpin melepaskan tembakan ke arah lampu gantung di langit-langit. Pecahan kaca dan puing beterbangan disertai suara dentuman keras, memicu teriakan panik dari seluruh tamu.
Dengan senapan masih terarah, pria itu kembali berseru lantang dan dingin,
“Semua, angkat tangan kalian dan jongkok sekarang juga! Kalau tidak, aku tak segan menghabisi kalian satu per satu!”
Demikian kisah/cerita dari Novel Charlie Wade Bab 7153 – 7154 gratis online. Semoga terhibur.
The Charismatic Charlie Wade / The Amazing Son-in-Law Chapter bab Novel Charlie Wade Bab 7153 – 7154.
Makin penasaran bab selanjutnya
Min update nya yang banyak dong