
Novel Charlie Wade Bab 7135 – 7136 dalam bahasa Indonesia. Diterjemahkan dari novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Naga Tertinggi Ye Chen – Xiao Churan”. Semoga bisa menikmati kisah / ceritanya yang semakin seru.
The Amazing Son-in-Law / The Charismatic Charlie Wade (Ye Chen) Chapter Bab 7135 – 7136.
Bab 7135
Tawana dijadwalkan mendarat di pulau itu esok pagi dan persiapan penyambutan sdah dilakukan sejak malam ini.
Menjaga kerahasiaan kehadirannya dari para tamu yang sudah berada di pulau itu menjadi tugas yang nyaris mustahil.
Maka dengan sikap terbuka, seorang staf mengatakan, “Ini informasi yang kami terima sejauh ini. Namun kami tak bisa memastikan kebenarannya, apalagi menjamin tidak akan ada perubahan mendadak.”
Sementara itu, sekelompok turis yang sedang bermain dengan ikan pari manta di pesisir langsung bersorak riang.
Bayangkan, mereka rela membayar sepuluh kali lipat harga normal hanya untuk menghadiri konser dan menyaksikan sang idola dari kejauhan—namun kini, siapa sangka sang idola justru datang ke tempat yang sama untuk berlibur?
Perasaan itu seperti orang Tiogkok yang sedang menikmati liburan di luar negeri lalu tanpa sengaja berpapasan dengan Jay Chou di hotel yang sama—momen yang seolah mustahil, namun nyata. Siapa yang tak bersemangat?
Cheval Blanc Randheli memang berstatus pulau, tapi sejatinya ia adalah hotel super-mewah yang berdiri megah di atas air.
Semua fasilitas publik yang tersedia dapat digunakan para tamu secara bersama, kecuali bila terjadi pengecualian khusus.
Artinya, para wisatawan memiliki peluang besar untuk bersantap di restoran yang sama, berendam di kolam renang yang sama, bahkan naik kapal yang sama dengan Tawana!
Namun, di tengah kerumunan yang diliputi euforia itu, hanya dua orang yang terlihat datar dan nyaris tanpa ekspresi.
Salah satunya adalah Charlie.
Dan yang lainnya adalah istrinya, Claire.
Charlie sama sekali tidak berharap bertemu dengan Tawana—terlebih dalam kebersamaan dengan Claire.
Sempat terbersit curiga di hatinya, mungkinkah Tawana diam-diam mengutus seseorang untuk mengawasinya, lalu secara sengaja mengikuti dirinya ke tempat ini.
Namun setelah dipikir ulang, ia yakin Tawana tidak memiliki kemampuan setajam itu.
Berdasarkan apa yang sebelumnya dikatakan wanita itu, kemungkinan besar ia memang hanya ingin berlibur, dan kebetulan saja mereka berada di destinasi yang sama.
Tapi tetap saja, kebetulan seperti ini… terlalu gila, bukan?
Charlie dan Claire datang ke sini untuk menikmati waktu berdua. Setidaknya, mereka bisa tenang beberapa hari. Tapi dengan kehadiran Tawana, bagaimana mungkin bisa tetap tenang?
Terlebih, Tawana memiliki karakter khas perempuan Barat yang penuh gairah dan cenderung ekspresif—sesuatu yang kerap membuat Charlie merasa kewalahan.
Ia justru lebih nyaman dengan kelembutan wanita Asia Timur yang lebih tenang dan bersahaja—ibarat air yang mengalir pelan, namun menenangkan.
Claire sendiri tidak menunjukkan antusiasme sedikit pun. Kini setelah mengetahui identitas asli suaminya, berbagai teka-teki pun perlahan mulai terjawab di benaknya.
Ia mulai menduga bahwa alasan Tawana datang ke Tiongkok dan mengadakan sederet konser bukan semata karena urusan bisnis, tapi karena undangan pribadi dari suaminya.
Toh, Tawana datang atas undangan perusahaan Curtis Automobile—usaha patungan yang dibentuk oleh kakek dari pihak Charlie dan kakek dari pihak lain. Bahkan nama merek itu pun menggunakan nama ayah Charlie.
Dengan itu, jelas bahwa kedekatan Charlie dengan Tawana beberapa waktu lalu di bawah kedok “Direktur Feng Shui” hanyalah bagian dari skenario yang sudah dirancang.
Ia pun curiga, penari pria yang dicium Tawana di atas panggung konser tempo hari mungkin saja adalah Charlie.
Sebelumnya, ia merasa tidak mungkin superstar sekelas Tawana tertarik pada seorang ahli Feng Shui seperti suaminya.
Namun sekarang, ternyata bukan Tawana yang ada di atas langit, melainkan Charlie yang selama ini menyembunyikan identitas sejatinya.
Mereka baru saja tiba di Cheval Blanc Randheli, dan Tawana akan menyusul besok. Claire sangat yakin bahwa kehadiran Tawana kali ini bukanlah kebetulan, tapi memang datang demi Charlie.
Ini adalah satu-satunya liburan yang pernah ia lakukan bersama suaminya. Barangkali juga yang terakhir.
Namun tak disangka, baru beberapa saat ia merasa dekat dengan Charlie, kini pesaingnya datang—dan bukan sembarang pesaing, tapi wanita luar biasa dengan status luar biasa pula. Tentu saja ia tidak merasa tenang!
Melihat ekspresi Charlie yang sedikit terkejut, Claire pun bertanya dengan nada datar namun menyimpan makna, “Suamiku, Nona Sweet ternyata juga datang ke Cheval Blanc Randheli. Ini terlalu kebetulan! Apa kamu pernah memberitahunya sebelumnya kalau kamu akan ke sini?”
“Tidak,” jawab Charlie sambil menarik napas panjang. “Aku hanya memberi tahu beberapa orang bahwa aku akan pergi liburan di tahun baru ini. Tapi aku tidak pernah bilang ke mana tujuannya.”
“Dunia ini punya banyak resor mewah, dan Maladewa sendiri punya banyak pulau resort. Aku tidak mengira dia memilih tempat yang sama.”
Claire mengamati wajah Charlie dan tampaknya ia tidak sedang berbohong. Namun, tetap ada kecurigaan yang mengendap di benaknya. Ia lalu berkata,
“Memang banyak tempat indah di dunia, tapi saat ini seluruh belahan bumi utara sedang musim dingin. Pilihan liburan terbaik ya daerah tropis di belahan selatan.”
“Maladewa tentu salah satu destinasi favorit. Dan Cheval Blanc Randheli ini adalah resor terbaik di sini. Nona Sweet punya banyak uang. Tak aneh jika ia memilih tempat sekelas ini.”
Ia menambahkan lirih, hampir seperti gumaman, “Sepertinya kamu dan Nona Sweet memang ditakdirkan bertemu di sini.”
Bab 7136
Charlie hanya bisa tersenyum canggung. “Makanya, aku juga kebetulan bertemu dengan bos dari Timur Tengah itu di restoran.”
Claire mengangguk dan berkata datar, “Lucu ya. Aku tinggal di Aurous Hill bertahun-tahun, dan belum tentu bisa bertemu kenalan di stasiun bawah tanah.”
“Tapi kamu ke luar negeri, dan masih saja bertemu orang yang kamu kenal satu per satu. Itu pasti karena hubungan kalian memang… luar biasa.”
Charlie hanya bisa tersenyum tanpa membalas.
Karena para staf sibuk menyiapkan kedatangan Tawana, Charlie dan Claire pun memilih berjalan menyusuri pantai menuju vila air mereka.
Jacob dan Elaine yang tinggal di vila sebelah belum juga kembali. Saat Charlie hendak membuka pintu vila, tiba-tiba ia melihat pintu vila seberang terbuka.
Hamid muncul dari dalam, melambaikan tangan dan memanggil, “Saudara Ye, bisakah kita bicara sebentar?”
Charlie mengangguk, “Baik.”
Lalu ia berpaling pada Claire dan berkata, “Sayang, kamu masuk duluan saja. Aku mau ngobrol sebentar dengan saudara ini.”
Claire mengangguk pelan dan masuk ke vila mereka lebih dulu.
Hamid kemudian menghampiri Charlie, dan saat mendekat, ia berkata dengan suara pelan, “Mari kita jalan sebentar. Ada hal penting yang ingin kubicarakan.”
Mereka pun melangkah pergi dari area vila demi menjaga privasi. Meski tempat itu tenang, tapi pembicaraan penting sebaiknya tidak dilakukan sembarangan.
Charlie lalu bertanya, “Apa yang ingin kamu bicarakan, Saudara?”
Hamid menghela napas dan menjawab, “Aku sudah pesan tiket untuk lusa pagi. Akan langsung terbang dari Cheval Blanc ke Male dengan pesawat amfibi, lalu lanjut ke Beirut.”
Charlie menatapnya, “Apakah ini sudah direncanakan, atau hanya keputusan mendadak?”
“Keputusan mendadak,” jawab Hamid pelan. “Awalnya aku ingin istirahat beberapa hari di sini, tapi setelah mendengar penjelasanmu di depan restoran, aku jadi gelisah. Jadi kupikir lebih baik pulang lebih awal.”
“Aku sebenarnya mau pergi besok, tapi dua istriku dengar bahwa bintang besar Tawana Sweet akan datang besok. Mereka tidak mau pergi dulu sebelum melihatnya, minta foto bareng, dan tanda tangan.”
“Aku pun tak punya pilihan selain menunda kepulangan sampai lusa.”
Ia menghela napas, lalu menambahkan dengan lesu, “Sebenarnya aku ingin lebih banyak berbincang denganmu, Saudara. Tapi sepertinya harus ditunda lain waktu.”
Charlie menepuk bahunya, “Tidak apa-apa. Selesaikan dulu urusanmu. Sementara itu, manfaatkan waktu ini untuk menjalin hubungan dengan kelompok marginal di pihak lawan. Lebih baik siapkan jalur dari sekarang.”
Tiba-tiba Charlie teringat sesuatu. “Oh iya, kamu masih ingat saat aku membantumu bertahan dari serangan Istana Wanlong dulu?”
“Tentu saja ingat!” Hamid langsung antusias. “Setiap taktik yang kamu berikan sangat berguna.”
“Dari menggali terowongan di lereng belakang, membangun bunker, menyusun jaringan tembak-menembak, hingga menggunakan drone untuk pengintaian. Semua itu berhasil membuat prajurit Istana Wanlong kewalahan! Aku masih bangga jika mengingatnya!”
Charlie mengangguk. “Nah, soal drone itulah yang ingin kuingatkan. Waktu itu, drone hanya kita manfaatkan untuk pengintaian. Tapi sekarang, dengan perkembangan teknologi dan perang yang stagnan di Eropa, drone sudah banyak digunakan untuk pengeboman dan bahkan serangan bunuh diri.”
“Aku sarankan, kamu stok setidaknya 100 ribu drone. Begitu ada serangan besar-besaran, drone itu akan jadi senjata yang sangat efektif.”
“Benar juga…” Hamid mengangguk setuju. “Alat ini murah, kuat, dan sulit dilawan.”
Charlie juga mengingatkan, “Jangan lupa siapkan pertahanan anti-drone. Kalau bisa, beli radar-radar canggih. Jika musuh menyerang dengan drone, mereka bisa menyerang peralatan berat kalian atau melakukan serangan pemenggalan. Setidaknya kalian harus siap.”
“Aku mengerti!” jawab Hamid mantap. “Akan kupastikan pintu masuk bunker dan benteng dilengkapi sistem pertahanan terhadap drone.”
Charlie menambahkan, “Patroli udara dengan drone juga harus rutin. Pantau pergerakan personel dan alat dalam radius 50 kilometer. Dan siapkan rencana pelarian.”
“Begitu situasi mulai tak seimbang, cari cara untuk keluar hidup-hidup. Datanglah ke Tiongkok, dan aku akan memastikan kamu aman.”
Hamid menggigit bibir, lalu berkata, “Saudaraku… apakah situasinya akan separah itu? Pangkalan itu hasil kerja keras selama bertahun-tahun. Kamu juga sudah banyak berinvestasi. Kalau sampai aku harus menyerah, itu semua akan sia-sia…”
Charlie menggeleng perlahan. “Ketika hidup menjadi taruhan, semua hal bisa dikorbankan—kecuali nyawa.”
Namun, untuk menenangkan hati Hamid, ia menambahkan dengan senyum tipis, “Semoga saja tidak sampai separah itu. Tapi lebih baik bersiap daripada menyesal. Situasi di sana terlalu penuh ketidakpastian.”
Hamid mengangguk berat, penuh pertimbangan, “Baik. Aku akan mengikuti nasihatmu.”
Demikian kisah/cerita dari Novel Charlie Wade Bab 7135 – 7136 gratis online. Semoga terhibur.
The Charismatic Charlie Wade / The Amazing Son-in-Law Chapter bab Novel Charlie Wade Bab 7135 – 7136.
Leave a Reply