Novel Charlie Wade Bab 7057 – 7058

si karismatik novel Charlie Wade lengkap gratis online free - stefan stefancik - unsplash @

Novel Charlie Wade Bab 7057 – 7058 dalm bahasa Indonesia. Diterjemahkan dari novel serial berbahasa China dengan judul “Menantu Naga Tertinggi Ye Chen – Xiao Churan”. Semoga bisa menikmati kisah / ceritanya yang semakin seru.

The Amazing Son-in-Law / The Charismatic Charlie Wade (Ye Chen) Chapter Bab 7057 – 7058.


“Apakah kamu sudah memberiku penjelasan yang sebenarnya?”

Pertanyaan itu meluncur cepat dari bibir Tawana, matanya menatap lurus penuh selidik.

“Bagaimana Anda menjelaskannya?” ia mendesak.

Agen yang berdiri di hadapannya hanya bisa menghela napas sebelum akhirnya menjawab, “Saya hanya bisa mengatakan bahwa Anda sangat menyukai lagu itu, dan terlalu larut dalam alur emosinya. Bagaimanapun juga, Anda adalah penyanyi profesional. Anda selalu total saat tampil.”

Tawana menanggapi dengan tenang, nada suaranya datar namun tajam, “Sebenarnya, aku tidak begitu menyukai lagu itu. Lagu itu tidak sebaik karya-karya yang kutulis sendiri.”

Agen itu tampak sedikit kikuk, wajahnya memucat karena malu. Ia tahu betul, Tawana memang selalu angkuh soal musik.

Berbeda dengan Quinn, yang bukan jebolan jurusan musik dan tak bisa menulis atau menggubah lagu, Tawana justru sebaliknya.

Ia menciptakan hampir semua lagu yang ia nyanyikan. Sebagai penyanyi sekaligus penulis lagu, Tawana memiliki standar yang tinggi dan rasa bangga yang besar terhadap karyanya sendiri.

Penyanyi sekaliber dirinya jarang menaruh apresiasi pada karya orang lain Terlebih lagi karena kemampuannya menulis lagu sudah diakui dunia, khususnya dalam ranah musik pop internasional.

Agen itu memahami karakter Tawana. Maka, dengan suara rendah dan sedikit khawatir, ia berbisik, “Penjelasan yang kita berikan saat ini adalah yang paling aman bagimu. Kalau tidak, jika rumor itu menyebar luas, kamu akan jadi sasaran kecaman publik. Jangan lupa, kamu punya pacar. Di mata publik, hubungan kalian selalu terlihat harmonis.”

Tawana melambaikan tangan, ekspresinya kesal. “Saya mengerti. Cukup. Kalau ada masalah selanjutnya, ikuti saja arahan ini.”

Tak lama kemudian, ia bertanya, “Di mana Tuan Wade dan Noa Golding sekarang?”

“Di ruang ganti,” jawab sang agen.

“Bagus.”

Tanpa ingin membuang waktu lebih lama dengan agennya, Tawana segera melangkah cepat ke arah ruang ganti.

Di ruang ganti, situasi canggung yang sempat menimpa Charlie perlahan mulai mereda.

Quinn, yang tengah merasa sangat senang karena berhasil mencium Charlie, tampak tenang dan tidak menekan suasana.

Namun justru karena sikap itu, Charlie sedikit kelimpungan. Ciuman hangat dan mesra yang tadi terjadi bukanlah hal sepele baginya—itu adalah yang pertama baginya, dan berlangsung cukup lama.

Ketika suara ketukan terdengar di pintu, Quinn segera berkata, “Masuk saja.”

Tawana pun mendorong pintu dan melangkah masuk.

Quinn menyambutnya dengan senyuman, “Selamat, Tawana! Penampilanmu hari ini luar biasa. Aku rasa ini konser terbaikmu sejauh ini!”

“Ya!” sahut Tawana dengan gembira. “Saya juga merasa begitu. Rasanya belum pernah saya tampil sebaik ini. Setiap lagu saya nyanyikan dengan kemampuan terbaik saya.”

Usai berkata demikian, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat ke arah Charlie yang berdiri terdiam di sampingnya. Dengan ekspresi sedikit malu, ia berkata, “Tuan Wade, saya sungguh minta maaf. Tadi saya terlalu larut di atas panggung.”

Charlie, yang awalnya merasa cukup malu karena kejadian tadi, akhirnya tersenyum kecil. Didesak oleh sikap santai Quinn, ia mulai merasa apa yang dilakukan Tawana tak terlalu keterlaluan.

Dengan nada santai ia menanggapi, “Tak apa, saya bisa memahami. Tapi kalau kamu manggung lagi lain waktu, jangan ulangi itu. Kalau tidak, saya akan mogok kerja!”

Tawana sudah tak berharap bisa menciumnya di balik topeng selama konser berlangsung, apalagi jika dilakukan tiga kali lagi dalam tur berikutnya di Eastcliff. Ia sudah puas hanya dengan satu kesempatan kali ini.

Maka, ia segera berjanji, “Tenang saja, Tuan Wade. Lain kali tidak akan saya ulang.”

Quinn tersenyum, lalu mengingatkan, “Tawana, malam sudah larut. Kita harus segera pulang. Kamu perlu istirahat. Besok masih ada pertunjukan.”

Tawana mengangguk, lalu bertanya, “Quinn, apakah kamu dan Tuan Wade punya rencana lusa? Saya libur lusa, dan ingin jalan-jalan di Eastcliff. Mungkin naik ke Tembok Besar, mengunjungi Kota Terlarang, atau tempat menarik lainnya.”

Bab 7058

Quinn menanggapi sambil tersenyum, “Kalau kamu naik ke Tembok Besar, kamu butuh setidaknya beberapa lusin pengawal. Kalau tidak, penggemarmu pasti akan mengepungmu.”

Tawana terkekeh, “Bagaimana kalau aku menyamar?”

“Itu justru lebih sulit,” jawab Quinn sambil menggeleng pelan. “Kamu terlalu mencolok sebagai orang asing. Lagipula, penggemarmu pasti bisa mengenalimu dari ciri-ciri fisik. Sekalipun kamu membungkus dirimu rapat, tetap saja akan ketahuan.”

“Apa yang harus kulakukan…” gumam Tawana, nadanya menyesal. “Aku sungguh ingin berkeliling dan melihat-lihat kota ini.”

Quinn menenangkan, “Kamu boleh pergi—secara terbuka. Tapi jangan harap ada privasi. Aku bisa menemanimu, tapi Kak Charlie jelas tidak bisa.”

Charlie mengangguk, “Sangat bagus kalian berdua bisa pergi, jalan-jalan, bersenang-senang. Biarkan penggemar Tawanna dari luar negeri melihat Tiongkok yang sesungguhnya. Itu justru akan membawa suasana baru.”

Tawana menatap Charlie dengan bingung, “Tuan Wade, mengapa Anda tidak bisa ikut dengan kami? Anda juga bagian dari tim kami?”

Charlie tersenyum kecil, “Apa identitas saya? Direktur Feng Shui. Tugas saya mengatur Feng Shui tempat konsermu. Mana mungkin saya mendadak ikut naik ke Tembok Besar atau ke Kota Terlarang?”

“Tembok Besar atau ke Kota Terlarang punya sejarah ratusan bahkan ribuan tahun. Dan Kota terlarang adalah istana kerajaan. Sebagai ahli Feng Shui, saya tak pantas memberi instruksi di sana.”

Quinn menimpali, “Ya, aneh juga kalau Kakak Charlie ikut bermain dengan kita. Istrinya pasti akan bingung kalau melihatnya. Lagipula, dia tidak suka tampil di depan umum. Kalau dia keluar bersama kita, pasti jadi sorotan media.”

“Jadi begitu…”

Tawana hanya bisa mengangguk pelan. Kekecewaan tergambar jelas di wajahnya.

Ia memang berencana memanfaatkan waktu libur untuk bisa menghabiskan waktu bersama Quinn dan Charlie, terutama untuk lebih dekat dengan Charlie. Namun kenyataan berkata lain—Charlie tetap enggan tampil di publik.

Dalam situasi ini, dia agak muak dengan identitasnya sebagai artis dan dia tidak memiliki ruang pribadi.

Andai saja ia dan Quinn bukanlah selebritas, mereka bertiga mungkin bisa berjalan bersama tanpa menarik perhatian siapa pun.

Akhirnya, ia berkata kepada Quinn, “Kalau begitu, ayo kita pergi berdua saja. Aku yakin setelah malam ini, pasti akan ada banyak pencarian populer tentang kita.”

“Ayo kita manfaatkan momen ini untuk memperkuat citra ‘sahabat dekat’ di hadapan publik. Sekaligus jadi ajang promosi budaya Tiongkok juga.”

Sambil bicara, Tawana menatap Charlie dan melanjutkan dengan nada tulus, “Tuan Wade, sebenarnya, banyak pemberitaan media Barat tentang Tiongkok sangat tidak adil. Saya sendiri dulu enggan mengadakan konser di sini karena terpengaruh stigma yang mereka buat. Saya pikir Tiongkok itu tertinggal, miskin, dan tertutup.”

“Tapi begitu saya datang, saya melihat sendiri—Tiongkok itu ramah, terbuka, modern, dan maju. Dan yang paling penting, punya sejarah serta budaya yang luar biasa panjang.”

“Kalau saya bisa membantu membuka mata publik Barat tentang kebenaran ini, saya akan melakukannya dengan senang hati.”

Charlie terlihat sedikit terkejut mendengar kesadaran yang begitu jernih dari Tawana. Ia mengangguk dan berkata, “Bagus kalau kamu berpikir seperti itu. Nanti saya minta tim menyebarkan info ini di platform video pendek, biar banyak influencer datang dan siaran langsung.”

Tawana mengangguk serius, “Saya masih punya dua atau tiga hari sebelum berangkat ke Shanghai. Saya akan gunakan waktu ini untuk menjelajah Eastcliff.”

Tiba-tiba, ekspresinya berbinar. “Mungkin saya bisa mulai siaran langsung setiap kali berkunjung ke kota-kota di Tiongkok, dan menunjukkan sisi otentik negeri ini ke dunia!”

Charlie tersenyum dan mengacungkan jempol, “Hebat. Kalau pemerintah China mengangkatmu jadi duta promosi pariwisata, kamu harus setuju!”

Tanpa ragu, Tawana menjawab, “Kalau mereka mengundang saya, tentu saya terima! Itu akan jadi kehormatan besar bagi saya.”


Demikian kisah/cerita dari Novel Charlie Wade Bab 7057 – 7058 gratis online. Semoga terhibur.

The Charismatic Charlie Wade / The Amazing Son-in-Law Chapter bab Novel Charlie Wade Bab 7057 – 7058.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*